5

626 137 22
                                    

Pulang dari kampus pukul empat sore, Veenan masuk ke rumah dalam keadaan lesu.

"Lesu amat si kasep, ngapain aja a' tadi?" Vokal halus sapa koklea Veenan begitu masuki rumah.

Veenan tersenyum kecil, hampiri Bunda Lilyana yang bersantai sambil menonton Ghibah No Secret yang sedang tayang, "Assalamualaikum, bunda."

"Wa'alaikumussalam."

Veenan meletakkan tasnya ke lantai, kemudian duduk di sofa bersebelahan dengan Bunda Lilya, "Capek banget, Bun. Tadi disuruh buat podcast, buat yel-yel, hafalin mars ini itu, terus game."

"Seru nggak?" Tanya Bunda Lilya.

Veenan menggeleng, "Lebih seru tidur siang sih, Bun."

Bunda Lilya tertawa kecil, putra tunggalnya ini memang memiliki hobi tidur siang, bahkan jika melewatkannya biasanya Veenan akan merasa pusing. "Udah sana mandi, bau asem."

"Tapi masih ganteng, ya 'kan Bun?" Tanya Veenan percaya diri.

"Gantengan ayah." Jawab Bunda Lilya.

"Bunda mah bucin." Cibir Veenan sambil melangkah pergi menuju kamar.

Begitu tiba di kamar, Veenan letakkan tasnya di meja belajar, kemudian membanting dirinya ke atas ranjang, "Gila, ngantuk banget gua."

Ddrrtt!

"Siapa sih ganggu aja." Keluh Veenan sambil menyambar ponselnya.

Hanya notifikasi twitter ternyata, Veenan letakkan kembali ponselnya dan berniat menyelam ke alam mimpi.

"VEENAN MANDI DULU, JANGAN TIDUR!"

Veenan mendengus kesal, kemudian menarik diri dari ranjang, "Emang ya, feeling bunda kapan salahnya, tau aja anaknya mau tidur."

"VEENAN!"

"IYA, BUNDA."

Veenan buru-buru masuk ke dalam kamar mandi atau dia akan kena semprot ibu negera. Veenan habiskan waktu setidaknya sepuluh menit di dalam kamar mandi untuk dapatkan keharuman sepanjang masa. Setelah mandi bukannya hilang rasa kantuknya, justru semakin bertambah. Akhirnya Veenan putuskan untuk tidur meski jam tunjukkan pukul 16.30.

. . .

Malam ini Rose sedikit sibuk, presiden mahasiswa sempat katakan pada panitia untuk kumpulkan ide game yang seru dan baru. Rose awalnya ingin protes, karena presma katakan itu secara tiba-tiba, tapi ya sudahlah resiko menjadi panitia.

Sebenarnya bukan hanya Rose yang sibuk memikirkan itu, buktinya kini Jeanne sedang berguling-guling disebelahnya berharap mendapatkan ide.

"Asli gua pusing mikirin ini, Lin." Keluh Jeanne.

"Sama, maunya presma apaan sih?" Kesal Rose sambil membanting pensil di tangannya.

"Minta dikasih pelajaran tu orang." Jeanne hampir menangis saja rasanya, berasap sudah otaknya memikirkan ide sejak sore tadi bersama Roseline. Menyesal Jeanne ajukan diri ingin menjadi panitia OSPEK.

"Selamat malam teman-temanku yang sedang tertekan." Seorang gadis dengan poni tutupi dahi masuk dengan gaya layaknya model, tidak lupa dia sempat berikan senyuman mengejek pada Roseline dan Jeanne.

"Bantuin jangan ngejek, parah banget lu."

"Sorry ya ciwi-ciwiku, ini alasan gua nggak mau ikut kalian daftar BEM, capek dan pusing. Lebih enak jadi mahasiswa kupu-kupu."

Alisa Rahardja, gadis yang tak lain sahabat karib Roseline dan Jeanne baru saja kembali dari kampung halamannya, Semarang. Kuliah di kampus yang sama dengan Roseline dan Jeanne, Alisa merupakan mahasiswi tingkat dua dari jurusan DKV. Alisa duduk di sebelah Roseline, kemudian kibaskan rambut hingga kenai wajah cantik Rose.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang