25

417 89 27
                                    

Roseline duduk di bangku halte depan kampus sembari mengayun-ayunkan kakinya. Persiapan sudah selesai dan semuanya sepakat untuk pulang dan beristirahat sejenak, sebelum kembali bertugas nanti malam. Sesuai dua pesan sama yang Roseline dapatkan tadi, Roseline sengaja menunggu untuk melihat siapa yang datang lebih dulu.

Roseline yang melihat mobil putih melewatinya lantas melambaikan tangannya, itu Jeanne yang baru saja dijemput oleh Jayandra, "Awet juga mereka." Kata Roseline sembari terkikik pelan.

Sebenarnya Roseline cukup heran, bagaimana keduanya bisa mempertahankan hubungan selama itu padahal sering bertengkar. Ya bagaimana tidak? Jayandra itu posesif pakai buanget, sementara Jeanne itu social butterfly yang siapa saja dijadiin temen, ya cowok ya cewek. Sifat ramah dan menyenangkan dari Jeanne itu kerap buat Jayandra ketar-ketir, ya gimana, banyak yang suka sama ceweknya. Alhasil Jayandra meledak karena rasa posesifnya pada Jeanne, sementara Jeanne meledak karena merasa risih pergaulannya dihalangi oleh Jayandra.

Roseline membuka resleting tasnya dan mengambil earphone putih miliknya. Setelah menancapkannya pada ponsel, Roseline segera memakainya saat lagu milik Last Child diputar. Sebenarnya mashup lagu Last Child dengan For Revenge sih.

"Pada indahnya duka dalam kenangan kita." Roseline bernyanyi pelan sembari melirik kanan dan kiri, menunggu salah satu tukang ojek pribadinya datang.

"Beritahu aku cara melupakanmu, seperti kau ajarkan ku dewasa."

"Beritahu aku cara merelakanmu, seperti kau ajarkan ku bahagia."

Roseline menoleh kala suara berat melanjutkan lagunya, Veenan datang dan duduk di sebelah Roseline. Paham dengan raut bingung Roseline, Veenan segera buka suara, "Motornya gua parkir di belakang halte, emang nggak denger suaranya?"

Roseline menggeleng pelan, dengan kekehan ringan Roseline melepas earphone yang menyumpal telinganya, "Hehe maaf, gua nggak dengar."

Veenan geleng-geleng dibuatnya, "Padahal waktu gua nyanyi lu nya dengar."

Roseline mengendikkan bahunya, "Keadaan sekitar lagi sepi, jadi nggak terlalu berisik."

"Ngomong-ngomong pangerannya udah dateng, tuan putri yang satu ini mau langsung pulang atau mau berduaan dulu?"

Roseline melempar tatapan aneh pada Veenan, "Pangeran apaan coba? Pangeran mah pakai kuda, terus juga mana ada pangeran pakai celana jeans, jaket kulit, sama headband?"

"Zaman semakin modern, masa pangeran nggak boleh mengikuti perkembangan zaman?"

"Lagi pula gua bawa kuda kok, tuh." Veenan menunjuk motornya yang ia parkir di belakang halte, membuat Roseline ikut menoleh pada motor gagah itu.

"Bedanya ini badannya besi, bukan daging." Lanjut Veenan.

Roseline menghembuskan napasnya kasar, "Dasar aneh."

"Lin, gua ngerasa lega."

Roseline menoleh pada Veenan untuk dua alasan, yang pertama saat Veenan memanggilnya dengan panggilan 'Eline', yang kedua saat Veenan mengatakan dirinya merasa lega.

"Lega kenapa?" Tanya Roseline penasaran.

Veenan melipat kedua tangannya di dada, secarik senyuman terbit di wajah tampannya, "Lega rasanya bisa ngobrol sama lu. Asal lu tau, Lin, gua nggak nyaman sama sikap lu belakangan ini. Gua..."

"Gua merasa kehilangan sesuatu." Lanjutnya dengan nada yang lebih lirih.

Roseline melirik Veenan sekilas, sebelum mengalihkan pandangannya pada kucing liar yang berputar-putar mengejar kupu-kupu di seberang jalan, "Dan asal lu tau, Vee, susah buat gua mau percaya atau enggak sama lu. Gua benci orang yang nggak setia,"

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang