"ROSELINE PRAMESWARI!"
Deg!
Rose menoleh kaku ke sumber suara, dengan tatapan tajam bercampur emosi, Veenan berlari ke arahnya. Insting Rose seakan menyeru bahwa dia dalam bahaya sekarang, dengan segera dia memberikan paksa satu novel ke tangan Alisa yang tidak jadi dia pinjam.
"G-gua pergi dulu."
"ROSE, JANGAN KABUR LU!"
"Sial, kayak maling gua."
Rose terus berlari secepat yang dia bisa, meskipun semakin lama Veenan terasa semakin dekat dengan larinya yang terbilang cepat. Bahkan Jeanne, Alisa, dan Jendra sempat terkejut sebab suara Veenan yang terdengar keras, entah konflik apalagi kali ini. Veenan itu mahasiswa baru, tapi tidak ada takut-takutnya sama sekali.
Grep!
Rose sontak berbalik saat pergelangan tangannya berhasil diraih oleh Veenan, ragu-ragu dia menatap Veenan yang tampak ngos-ngosan dengan keringat mengalir di pelipisnya.
Kok seksi sih anjrit?!
Rose berdehem pelan, sedikit merapikan penampilannya, kemudian menatap Veenan yang masih sibuk mengatur napasnya. "Kenapa? Apa ada yang perlu dibicarakan, Veenan?"
Veenan mendesis kesal, dia kembali menatap sepasang mata di depannya dengan tajam, "Hapus dulu fotonya dan gua bakal lepasin lu!"
"Kalau saya nggak mau?" Tanya Rose dengan nada menantang.
Veenan terkekeh sinis, kemudian mendekatkan wajahnya pada Roseline, "Gua nggak main-main, Roseline. Hapus sekarang!" Tekan Veenan yang membuat nyali Rose menciut seketika.
Rose mendorong Veenan menjauh, berusaha mengontrol dirinya saat sesuatu terasa meledak-ledak di dalam, "Cuma foto, apa masalahnya?"
Veenan merotasikan bola matanya malas, "Lu izin nggak sama gua waktu lu ambil itu foto?"
Rose menggeleng pelan, "Tapi ini 'kan bisa buat kenangan, Veenan." Balas Rose berusaha membela diri.
"Gua nggak peduli sama kenangan, lu ngelanggar privasi gua, jadi gua berhak ngerasa nggak nyaman sama tindakan lu."
"Sekali lagi gua bilang, hapus fotonya, Roseline!"
Entah harus bagaimana Rose berekspresi, di satu sisi wajah Veenan terlihat sangat tampan dari jarak dekat, namun di sisi lain Veenan terlihat menyeramkan.
"Roseline!" Sentak Veenan saat Rose hanya diam menatapnya.
"Nggak, saya nggak akan hapus foto kamu, lagian saya nggak bakal sebar foto itu. Nanti deh saya traktir kamu, pulang dari kampus, janji." Kata Rose berusaha bernegosiasi.
"Gua nggak terima segala bentuk penawaran, jadi hapus fotonya!"
Semakin dalam dan rendah suara Veenan, semakin merinding sekaligus takut Rose mendengarnya. "T-tapi sisain satu ya fotonya?"
"Hapus semuanya!"
Rose menelan ludahnya susah payah, ragu-ragu dia keluarkan ponselnya. Veenan mulai cukup senang saat Rose sepertinya menuruti perintahnya, sungguh Veenan merasa harga dirinya tercoreng karena foto itu.
"HEI, KALIAN BERDUA NGAPAIN?! INI KAMPUS, JANGAN MELAKUKAN HAL-HAL MESUM!!"
Baik Veenan maupun Rose buru-buru menoleh saat teriakan seorang pria setengah baya terasa memekakkan telinga, saat menyadari posisi mereka, Veenan dan Rose dengan kompak menjauhkan diri masing-masing. Pria yang menegur merekaㅡ yang tak lain adalah Pak Benjamin, satu staff akademikㅡ berjalan mendekati Veenan dan Rose dengan langkah berapi-api.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Fiksi PenggemarTidak, tidak ada hal yang benar-benar kamu miliki di dunia ini. Semuanya akan pergi saat tiba masanya, lantas mengapa kamu terlena dalam euforia yang memabukkan seperti cinta? Warning ⚠️ : This book contains a lot of harshwords, if you're a harshwo...