10

583 135 20
                                    

Veenan menyimak dengan ogah-ogahan, saat ini panitia tengah memberi penjelasan mengenai tugas-tugas OSPEK jurusan. Veenan kelewat bosan, tidak ada kenalan di sini. Semuanya asing, tapi Veenan malas berkenalan.

"Anjirlah, males banget gua."

Veenan pikir dia aman, karena dia katakan itu sepelan mungkin, ternyata ada satu panitia yang berdiri di sebelahnya dan tanpa sengaja mendengar itu.

"Kamu nggak memperhatikan penjelasan yang ada?" Tanya seorang gadis dengan name tag Irene Arsintadewi.

"Maaf, kak. Saya kurang fokus." Kata Veenan berusaha menutupi kesalahannya.

"Saya lihat-lihat dari tadi kamu sibuk sama pikiran kamu dan sama sekali nggak dengerin apa yang lagi dijelasin." Cibir Irene yang membuat Veenan mengambil napas agar tak terpancing emosi.

Veenan berdiri dari duduknya, mutlak berhadapan dengan kakak tingkatnya, "OSPEKnya bosenin."

Sejenak Veenan melirik sekitarnya yang tiba-tiba hening, sebenarnya kaget juga dia mengatakan itu secara tiba-tiba, ditambah tatapan para panitia yang tak lagi bersahabat.

"Bosenin? Kalau gitu kamu ada ide nggak biar OSPEKnya seru?" Sahut seorang pria jangkung yang berperan menjadi pengarah, Chandra Kurniawan.

Veenan mengendikkan bahunya, "Joget mungkin? Nyewa biduan, terus nyawer."

"Ngapain nyewa? Kamu aja sini jadi biduannya, biar kami yang nyawer." Kata Irene yang sukses buat Veenan melotot kaget.

Anjing, kena gua.

"Betul kata Irene, kamu Veenan, 'kan? Ayo maju." Chandra berikan kode pada kedua temannyaㅡ Bayu Aji Santoso dan Sena Adiwangsa untuk membawa Veenan maju.

"Eh eh, apa-apaan?" Protes Veenan yang kikuk sendiri begitu tiba di depan.

"Kok apa-apaan? 'Kan kamu yang kasih ide buat nyawer. Ayo, mau nyanyi apa?" Tanya Chandra yang sebenarnya menahan tawa sejak tadi.

"Nggak bisa nyanyi." Balas Veenan singkat.

"Coba aja dulu, ayo buruan nyanyi apa?" Desak Sena.

"Nyanyi atau ngulang OSPEK tahun depan?" Ancam Irene saat Veenan diam tak beri jawaban.

Veenan berdecak kesal, "Nyanyi, sambalado."

Veenan sudah mencak-mencak dalam hati saat teman seangkatannya tertawa, tahu begini Veenan tidak perlu bicara tadi.

"Oke, kita santai dulu sebelum lanjut tugas. Penampilan spesial dari Veenan, sambaladooo!"

"Tepuk tangannya mana?"

Prok prok prok!!

Veenan menggeram kesal saat Chandra memaksanya menerima mic yang semula Chandra gunakan, saat musik mulai menggema dalam ruangan itu, Veenan lagi-lagi mengumpat dan meraung dalam hati ingin pergi saat ini juga.

"Sambala sambala bala sambalado,"

"Terasa pedas, terasa panas,"

"Sambala sambala bala sambalado,"

"Mulut bergetar, lidah bergoyang,"

"Cintamu seperti sambalado ah ah,"

"Rasanya cuma dimulut saja ah ah,"

"Janjimu seperti sambalado ah ah,"

"Enaknya cuma dilidah saja ohohoo."

Kurang ajar, hilang harga diri gua.

Veenan tersenyum paksa saat orang-orang di depannya berusaha menahan tawa, rasa-rasanya Veenan dapatkan kesialan luar biasa hari ini.

"Yang asik dong nyanyinya, masa terpaksa gitu. Kita mau nyawer jadi ragu." Kata Bayu yang disetujui oleh yang lain.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang