22

403 108 20
                                    

Veenan menyandarkan punggungnya pada dinding yang dicat putih, matanya bergerak kesana-kemari berharap sosok yang ditunggu akan segera datang. Beberapa kali Veenan mengatur napasnya demi mengurangi rasa gugup yang menyerang.

"Sial, ini gua kenapa sih? Gini doang gugup." Veenan meremas kedua tangannya yang terasa dingin.

Veenan menghela napas panjang, kemudian menyilangkan tangannya di dada. Hari sudah sore di mana Veenan baru saja menyelesaikan mata kuliah terakhirnya, tetapi pada pukul 4 ini kampus masih terlihat ramai.

"Ngapain lu? Mau cosplay penjaga gedung?" Jefran menghampiri Veenan dengan tatapan mengejek, sementara Veenan berdecak pelan melihatnya, "Lu yang ngapain? Balik sono, sepet mata gua lihat lu." Usir Veenan lengkap dengan gestur tangan mengusir.

Jefran mendesis pelan, "Emang kurang ajar lu." Jefran melangkah pergi, tetapi baru beberapa langkah Veenan malah menahannya.

"Tadi disuruh pergi, sekarang ditahan, mau lu apaan, monyet?!" Cibir Jefran.

Veenan tak menggubris cibiran Jefran dan memilih menanyakan langsung hal yang Veenan ragukan, "Caranya ngeyakinin cewek kalau kita tulus gimana?"

Tatapan aneh total Jefran tujukan pada Veenan, "Lu sakit? Lu pacaran udah berapa kali?"

"Dua puluh tiga kali? Eh, dua lima." Jawab Veenan dengan polosnya.

"Pengalaman lu udah cukup." Jefran melengos meninggalkan Veenan yang tengah mengumpat dalam hati, "Lagian apa salahnya ngasih tau doang, anjir?! Mentang-mentang gua sering pacaran, dikira gua berpengalaman apa?"

Kehadiran Jefran yang sempat membuat Veenan teralihkan, kini membuat Veenan kembali rasakan resah setelah kepergiannya. Veenan mengambil botol air mineral dari dalam tasnya dan meneguknya hingga tandas.

"Sumpah, ini rasanya lebih gugup daripada nyolong duit bunda."

Veenan meremas botol mineralnya sebelum dibuang, kemudian memilih berjalan-jalan di sekitaran FISIP, "Ini kayak bukan gua banget, gila!"

"Gua tu apa ya... Aduh anjir, susah."

"Lagian kenapa gua jadi cupu gini sih? Argh, sialan!" Veenan mengacak rambut legamnya dengan gerakan kasar, tetapi saat ekor matanya mendapati sosok yang tengah ia cari, buru-buru Veenan rapikan rambutnya dan mengatur napas demi mengurangi rasa gugup.

"Roseline!" Panggil Veenan tak terlalu keras, tetapi memuat nada tegas di dalamnya.

Roseline sendiri yang tengah melewati lorong FISIP dibuat berhenti, "Kenapa?" Tanya Roseline sesaat setelah Veenan berada di depannya.

Veenan menelan ludahnya sambil tersenyum canggung, "Ada waktu? Bisa ngobrol bentar?"

Roseline menggeleng, "Gua harus ke BEM."

"Sore-sore gini?"

"Masalah buat lu?" Roseline berlalu meninggalkan Veenan.

Veenan menghela napas berat, tetapi langkahnya ia pacu menyusul Roseline yang beberapa meter di depannya, "Habis dari BEM, gimana?" Tawar Veenan berbesar harapan Roseline akan menyanggupi.

Roseline tak menjawab sebab kesal sekaligus malas menjadi alasannya, tetapi Veenan tak membiarkannya hidup tenang, "Cuma bentar, 5 menit. Bisa, ya?"

"4 menit deh 4 menit."

"Ah, kelamaan, ya? Oke, 3 menit. Nggak kurang nggak lebih, gimana?"

"Ayo lah, bentar aja, ya??"

"Tempatnya mau di mana terserah, mall, cafe, taman, museum, di kuburan pun gua jabanin."

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang