Roseline masuk ke dalam kantin fakultas Alisa seorang diri. Tungkainya ia bawa masuk ke dalam, kemudian duduk di salah satu meja. Berniat menanyakan keberadaan Jeanne juga Alisa, akan tetapi kehadiran Jeanne dengan segelas es teh membuatnya mengurungkan niat.
"Gua pikir belum dateng." Kata Roseline sambil mengambil kerupuk dari dalam toples.
Jeanne menyeruput es tehnya dengan nikmat, "Kelas gua kosong sebelum ini, makanya gua duluan ke sini."
Roseline mengangguk paham, "Terus si Alisa mana?"
"Tuh." Tunjuk Jeanne dengan dagunya.
Roseline mengikuti arah tunjuk Jeanne, mendapati Alisa yang baru saja keluar dari antrian dengan tiga mangkuk seblak.
"Wow, pas banget gua lagi laper." Roseline semakin tidak sabar saat aroma seblak menggoda imannya, ditambah uap panas mengepul dari mangkuk-mangkuk itu.
Alisa yang telah sampai di meja itu lantas meletakkan mangkuk seblak itu di hadapan teman-temannya, "Yang biasa habis, adanya topping bakso."
"Gapapa, sama-sama enak juga." Kata Roseline sebelum menyuapkan sesendok seblak panas ke dalam mulutnya.
"Buset, nggak kebakar tu lidah lu?" Heran Alisa.
"Minimal pesen minum dulu, Lin." Jeanne geleng-geleng melihat Roseline yang masih menikmati seblaknya dengan lahap.
Alisa menatap Jeanne dengan sinis, "Ya lu ngapain beli es teh cuma satu? Udah tau di sini ada gua sama Rose juga."
Roseline yang baru saja memasukkan suapanㅡyang entah ke berapa kalinyaㅡ lantas menjentikkan jari, "Bener kata si Lilis, dia udah pesenin seblak buat kita, kenapa lu malah pesen es teh cuma 1?"
"Jangan panggil gua Lilis, Lin!" Tegur Alisa yang menolak keras panggilan itu.
Jeanne merotasikan bola matanya malas, "Kalau gitu lu aja yang pesen, enak bener hidup lu dateng terus makan." Katanya pada Roseline.
Roseline menghela napas kasar, "Udahlah, gua air mineral aja." Finalnya sambil meraih sebotol air mineral yang diletakkan di setiap meja.
"Sebenernya yang mau lu pada ngomongin apa?" Tanya Roseline yang teringat alasan sebenarnya ia berada di kantin ini.
"Ah, gua sampai lupa soal itu." Jeanne melempar kode pada Alisa melalui mata, dengan cepat Alisa memahaminya.
Alisa sedikit menjauhkan mangkuknya, "Lu sama Veenan pacaran?"
"Enggaklah, asumsi model apaan begitu?" Bantah Roseline dengan raut bingung.
Jeanne kembali menyeruput es tehnya, sedikit menggeser tubuhnya menghadap Roseline, "Gua serius tanya, Lin, lu pacarnya Veenan?"
"Bukan, Jeanne, gua sama Veenan enggak ada hubungan apa-apa." Balas Roseline yang merasa semakin bingung.
"Ini kenapa sih? Kenapa tiba-tiba nanya soal ini?" Roseline menatap Jeanne dan Alisa secara bergantian.
Untuk sesaat tak ada yang menjawab pertanyaan Roseline, hingga Jeanne buka suara meski tangannya sibuk mengaduk-aduk seblaknya, "Kita khawatir, Lin. Kita lihat semakin hari lu semakin deket sama Veenan, kita seneng kalau memang kalian mulai ada kejelasan, tapi jujur kita khawatir lu cuma dimainin."
"Kenapa tiba-tiba mikir gitu?"
"Lin, Veenan emang ganteng, gua akuin wajahnya nggak bisa ditolak, tapi dia kelihatan brengsek." Kini ganti Alisa yang bersuara.
"Lis!" Tegur Roseline yang tak suka dengan apa yang Alisa katakan.
Jeanne mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, menggesernya pada Roseline saat ponsel keluaran terbaru itu menampilkan sebuah foto, "Gimana menurut lu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
FanfictionTidak, tidak ada hal yang benar-benar kamu miliki di dunia ini. Semuanya akan pergi saat tiba masanya, lantas mengapa kamu terlena dalam euforia yang memabukkan seperti cinta? Warning ⚠️ : This book contains a lot of harshwords, if you're a harshwo...