Roseline memainkan boneka Pikachu milik Sonia dengan posisi tengkurap. Saat ini Roseline berada di kamar Sonia dan menunggu si pemilik kamar untuk datang. Roseline menggunakan boneka Pikachu itu untuk ia jadikan bantal, kemudian melirik pada jam dinding.
Roseline menghela napas panjang, dirinya sudah menunggu Sonia cukup lama, tapi Sonia tak kunjung datang. Hari ini Sonia pergi ke rumah Joan, katanya sih camer kangen dengan Sonia. Kalau dipikir-pikir enak juga jadi Sonia, lulusan terbaik, langsung mendapatkan pekerjaan, memiliki tunangan yang tampan dan kaya, ditambah calon mertua yang sangat menyayangi Sonia. Privilege dari Tuhan kalau kata Roseline.
Roseline menyambar ponselnya dan mencoba menanyakan posisi Sonia yang katanya sudah dalam perjalanan, "Kakak dimanaa?? Buruan, ish." Roseline mengirimkan pesan suara itu pada Sonia sesaat setelahnya.
Roseline kembali meletakkan ponselnya, kemudian memejamkan matanya. Hawa sejuk yang datang sebab AC, lagu klasik yang diputar dengan vinyl, tiba-tiba mata Roseline terasa berat untuk dibuka.
Ceklek!
Roseline membuka matanya dan mendapati Sonia meletakkan tas selempangnya di meja rias. Setelah mengganti high heels dan berganti dengan sandal rumahan, Sonia menghampiri Roseline yang tampak bosan menunggunya.
"Nunggu lama, ya? Kenapa sih, Dek? Kamu kayak nggak sabar banget." Tanya Sonia lembut.
Roseline menarik dirinya dari ranjang, "Umm, Kakak bersih-bersih dulu aja deh, pasti gerah habis dari luar."
Sonia yang memang merasa gerah lantas mengangguk dan pergi ke kamar mandi. Mengambil waktu sesingkat mungkin, Sonia kembali pada Roseline yang memeluk guling dengan nyaman.
"Kenapa?"
Roseline yang paham arah pembicaraan Sonia memilih diam untuk beberapa saat, dirinya sedang menimang apakah harus menanyakan hal ini ataukah tidak.
"Dek?" Panggilan Sonia menginterupsi Roseline, "Aku mau tanya sesuatu, boleh?" Tanya Roseline ragu-ragu.
"Boleh, mau tanya apa?" Sonia bersandar pada kepala ranjang dengan bantal dipangkuannya.
"Veenan brengsek ya, Kak?" Cicit Roseline.
Sonia mendengus pelan, meski Roseline mengatakannya dengan suara pelan, tapi Sonia tetap mendengarnya, "Dia bongkar tabiatnya?"
Roseline menggeleng, kemudian berganti mengangguk, "Dia udah ada pacar, tapi..."
Sonia memejamkan matanya saat posisinya terasa nyaman, "Makanya Kakak putusin dia dan milih Joan. Kakak tau, dek, kalau Veenan itu cuma cowok yang suka main-main, makanya Kakak juga tanggapin Veenan sambil main-main dulu." Ujar Sonia tanpa membuka mata.
Roseline mengernyit mendengar penuturan Sonia, "Main-main? Masa?"
Sonia mengangguk, membuka matanya dan menatap adiknya, "Dek, orang bisa bersikap seolah-olah dia sayang banget, nggak mau kehilangan, dan kamu satu-satunya, tapi pada akhirnya siapa yang bisa tau isi hati manusia selain Tuhan dan orang itu sendiri?"
Roseline terdiam mendengarnya, apa yang dikatakan Sonia, jujur saja Roseline menyetujuinya.
"Dek, kalau boleh jujur kakak nggak setuju kamu sama Veenan sejak awal, tapi kakak juga nggak boleh egois dengan ngasih stigma buruk ke Veenan, siapa tau dia udah berubah, 'kan? Kakak biarin kalian dekat, Veenan kadang kelihatan tulus sama kamu, itu cukup buat kakak lengah,"
Sonia mengambil jeda sejenak, kemudian melanjutkan kalimatnya, "Tapi, Veenan bener-bener ngerusak kepercayaan kakak."
"Emang Veenan ngapain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
FanfictionTidak, tidak ada hal yang benar-benar kamu miliki di dunia ini. Semuanya akan pergi saat tiba masanya, lantas mengapa kamu terlena dalam euforia yang memabukkan seperti cinta? Warning ⚠️ : This book contains a lot of harshwords, if you're a harshwo...