Roseline mengikat sepatunya dengan kencang, kemudian bangkit dan mengambil tas selempangnya. Sebelum pergi, Roseline menyempatkan diri untuk mengecek ponsel barangkali ada pesan masuk. Benar saja, Veenan telah mengirim satu pesan padanya beberapa menit yang lalu.
Setelah menutup pintu, Roseline melangkah cepat keluar rumah, tersenyum kecil untuk menyapa Veenan yang menunggu di luar pagar. Veenan yang awalnya bersandar pada motor lantas menegakkan tubuhnya, membalas senyuman Roseline sembari melambaikan tangan.
"Sorry, nunggu lama, ya?" Tanya Roseline tak enak hati.
Veenan menggeleng, memberikan salah satu helm pada Roseline, "Enggak, cuma 5 menit."
"Padahal gua bisa bawa helm sendiri." Kata Roseline sembari memakai helm dari Veenan.
Veenan tertawa mendengarnya, "Biar keren aja sih."
Roseline ikut tertawa, kemudian naik ke atas motor setelah Veenan siap. Agaknya Veenan mengetahui niat Roseline yang hendak berpegangan pada bahunya, dengan segera Veenan tarik tangan Roseline hingga kedua tangan itu mulai melingkar sempurna di perut Veenan.
"Lu modus, ya?" Cibir Roseline yang cukup terkejut dengan tarikan Veenan yang tiba-tiba.
Veenan tersenyum miring, ia melirik Roseline melalui spion kiri, "Iya."
Roseline berdecak pelan mendengar jawaban santai Veenan, meski begitu Roseline seakan-akan telah nyaman dalam posisi seperti itu, terbukti saat Veenan mulai menjalankan motornya, Roseline justru meletakkan dagunya pada bahu Veenan, "Lu udah sarapan, 'kan?" Tanya Roseline.
"Udah, kenapa? Laper?"
"Hah? Apa??"
"Lu laper?"
"Oh iya, gua emang lagi nyusun laporan, kok lu tau?"
"Hah? Kok laporan?"
"Enggak, kemarin cuma Kak Sonia yang ke Kemayoran, gua di rumah Alisa seharian."
"Apa sih? Kok jadi kemana-mana??"
"Iya ih bener, gua nunggu sampai lumutan, lama bangett."
Dahi Veenan berkerut dalam, melirik Roseline yang santai-santai saja, "Nggak jelas sumpah." Gumam Veenan.
"Lin, lu udah bilang kalau kita pergi sampai malem, 'kan?"
"Ha??? Apanya yang malem-malem?"
"Sjsbdhwxnajshwb."
"Ohh, udah, gua udah izin sama mama kalau pulang malem."
"Lah, anjir? Bisa gitu?" Veenan dibuat heran kala Roseline justru menjawab dengan benar setelah kalimat asalnya.
"Snsyabsywjusbsjwn."
"Enggak, gua nggak laper."
"Wnaqunaiamwuw."
"Ya iya lah, lu pikir bahasa binatang apa sampai lu ngomong aja gua nggak paham?"
"Buset, magic bener ni cewek." Veenan geleng-geleng dan tak lagi buka suara, makin aneh cewek di belakangnya ini.
Setelah 30 menit perjalanan, keduanya tiba di sebuah daerah pengrajin gerabah. Saat Veenan menghentikan motornya, saat itu pula Roseline turun dan melepas helmnya. Roseline berdecak kagum melihat banyak sekali kerajinan dari gerabah yang di pajang.
"Gila, semuanya keren-keren."
Veenan tersenyum geli melihat reaksi Roseline, "Mau taruhan? Yang hasilnya paling bagus, dia yang menang."
Roseline menoleh saat Veenan tiba-tiba mengajukan taruhan, "Oke, siapa takut!?"
Roseline berjalan penuh percaya diri saat memasuki sebuah rumah yang lebih mirip sebagai tempat pembuatan kerajinan gerabah. Ada beberapa orang di sana, seperti anak-anak yang belajar membuat kerajinan dan didampingi oleh orang tuanya, beberapa remaja yang tampak ahli dalam membentuk tanah liat, juga orang-orang yang tampak sebagai pengurus tempat terlihat bolak-balik mengarahkan dan membereskan beberapa peralatan yang terlihat berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
FanfictionTidak, tidak ada hal yang benar-benar kamu miliki di dunia ini. Semuanya akan pergi saat tiba masanya, lantas mengapa kamu terlena dalam euforia yang memabukkan seperti cinta? Warning ⚠️ : This book contains a lot of harshwords, if you're a harshwo...