"Baiklah..." suara Tita mulai menyimpulkan informasi yang telah kami dapatkan sejak pertemuan terakhir.
"Jadi kesimpulanya, si Akuwu memang ingin meminang Putri Mpu Purwa namun pada saat ia datang Mpu Purwa tidak ada ditempat sehingga ia membawa paksa Putrinya?" tanya Tita menegaskan kesimpulan informasi kami.
"Ya... Dan itu menyebabkan Mpu Purwa sangat murka sehingga ia memerintahkan seluruh prajurit untuk berjaga di wilayah pakuwon barangkali Mpu Purwa menjemput paksa Putrinya yang bernama siapa tadi?" tanya Nyi Prenjak.
"Dedes..." jawab Arok datar sambil dengan seksama mendengarkan argumen sekelilingnya.
Nyut...
Anjir, kenape dada gue nyeri Cuma gara-gara Arok nyebut nama itu? Gile lu La. Sadarlah, Sadar!! Ini semua memang sudah jalan-Nya, dan sudah takdir-Nya mereka bertemu. Akhirnya mereka bakal ketemu, berarti gue semakin dekat buat pulang ke abad 21 doong. Pikirku kalut sambil menenangkan diriku sendiri. Merasa resah karena telah merasa resah.
Gue kudunya nggausah resah dong.. kan gue udah tau gimana jalan ceritanya... mestinya gue biasa aja dong... ayo La... lu bisa, lu bisa! Pasang poker face mu!!! Lu kudunya seneng bisa lekas pulang!! Kataku dalam hati, menyemangati diri sendiri.
"Kamu kenapa Nduk?" bisik Nyi Prenjak di sebelahku, yang sejurus kemudian kujawab dengan gelengan dan senyuman.
Nyi prenjak lalu menyentuh lembut tanganku yang secara tak sadar ternyata telah ku genggam erat sedari tadi, meninggalkan tanda kuku tipis di telapak tanganku.
"Kita harus berkoalisi dengan mereka." Kataku tiba-tiba, membuat orang-orang memusatkan perhatiannya kepadaku dan menunjukkan tanda tanya pada wajah mereka.
"Ken dedes..." aku berhenti sesaat. Entah mengapa sangat berat menyebut nama itu.
"Dia... dia sudah pasti akan menikah dengan Tunggul Ametung, dan Mpu Purwa sudah pasti akanmemendam dendam selamanya kepada si Akuwu karena kejadian ini." Aku berhenti sesaat, melihat ekspresi tertarik mereka. "Kita harus berkoalisi dengannya agar kita bisa mendapatkan tambahan kekuatan dari Panawijen untuk menumbangkan Tunggul Ametung." Kataku menegaskan.
"Bagaimana kau bisa yakin, Umang? Ini baru seminggu sejak Ken Dedes dibawa kemari. Kita tidak tau apakah dia masih hidup atau sudah mati bunuh diri karena tidak mau di persunting oleh Akuwu itu. Kau tau sendiri, harga diri seorang Putri suci Brahmana sangat tinggi." Tanya Tita menyangsikan.
"Pun kalau dia benar-benar akhirnya bersedia menikah dengan Tunggul Ametung, bukankah secara tidak langsung Mpu Purwa lambat laun akan menjadi orangnya Akuwu, nduk?" tanya Nyi Prenjak.
Aku tersenyum mendengar pertanyaan mereka.
Tak heran Arok bisa menjadi Raja Singasari. Orang disekelilingnya sangat cerdas dan kritis, memperhatikan setiap detil.
"Percayalah padaku kali ini, Dedes akan tetap hidup dan menikah dengan Akuwu Tumapel. Dan, ya. Harga dirinya akan tercoreng jadi dia akan terus membenci Tunggul Ametung. Seperti itu pula Ayahnya, Mpu Purwa. Mereka adalah ayah dan anak, pemikiran mereka tak jauh beda. Memendam kebencian dan membalas dendam di saat yang tepat adalah hal yang dalam hati mereka kukuhkan." Jawabku meyakinkan mereka.
"Baiklah... jika memang apa yang kau katakan itu benar, bagaimana cara kita membentuk koalisi dengan Mpu Purwa? Saat ini ia sedang tidak sudi bertemu siapapun dari Tumapel, sehingga mustahil bagiku ataupun Tita bertemu dengannya karena kami sekarang adalah salah satu prajurit Tumapel." Arok menanggapi gagasanku dan menanyakan kelanjutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken Umang dalam cinta Ken Arok
Historical FictionPria itu memandangku tersenyum lalu memandang lagi ke depan. Dia tidak memakai baju atasan, hanya selendang yang disampirkan ke samping dengan rambut disanggul dan memakai ikat kepala berwarna hitam seperti mahasiswa sedang demo. Dia hanya memakai c...