The Boys

148 19 25
                                    

Oh, My, Goddamn hell.... Gumamku dengan wajah bosan dan tidak tertarik sambil melihat sekeliling tempat dimana aku berpijak sekarang tanpa sedikitpun menggerakkan badan atau kepala. Hanya melalui tatapan tanpa emosi dimana siapapun yang melihatku sekarang akan berpikir sama: uninterest.

Aku disini lagi... entah yang keberapa kali.

Di suatu tempat (masih di era jawa kuno), yang lebih mewah dari tempat tinggalku sekarang. Dengan kolam kecil dan tempat seperti gazebo di atasnya. Gazebo itu masih hanya di tinggali oleh seorang wanita, yang jika dilihat dari dandanannya bukanlah seorang sudra sepertiku yang saat ini merupakan seorang Umang. Dia terduduk sendiri dengan tatapan sendu dan siapapun yang melihatnya akan tahu bahwa dia kesepian.

"Biyuuuung!" terdengar dari kejauhan suara anak laki-laki kecil yang berlari mendekati wanita di gazebo. Wanita itu tersenyum sangat cantik dan aura keibuan terpancar dibalik mata sendunya. Ia menatap lekat anaknya yang berlari membawa pedang-pedangan dari kayu.

Nyuut...

Here we go, again... Gumamku lagi. Aku selalu merasakan rasa sakit yang hingga saat ini aku tak tahu mengapa dan apa maknanya. Setiap anak kecil itu mendekati ibunya, setiap ibunya memandang anaknya, dadaku akan terasa sakit.

"Lila.." panggil seseorang dengan suara yang sangat familier. Suara yang selalu bisa menjadi pengobat laraku. Namun kali ini, aku menengok kearahnya dengan kesal.

"Katakan apa maumu." Kataku tegas padanya. Pada dia, yang masih memakai kemeja dan celana putih seperti masa-masa sebelumnya.

"Maafkan aku..." jawabnya.

"For the sake of The God, Reea. Could you please stop saying that goddamn sentences? Aku udah muak denger ini dari kamu berkali kali tanpa kamu bilang apa yang buat kamu minta maaf!!!" kataku emosi.

Ya.

Reea....

Teman imajiner yang menemani hari-hariku dimasa lalu.

Aku kembali bertemu dengannya. Oh, bukan. Apakah lebih tepat jika aku bilang bahwa, dia yang kembali datang kepadaku?

Setelah malam ketika aku bertengkar dengan Arok, Reea mulai datang ke mimpiku lagi. Dengan pattern yang sama. Diawali dengan pemandangan gazebo diatas danau, seorang wanita kesepian dan seorang anak laki-laki yang datang. Reea selalu memanggilku setelah semua adegan itu, dan, ya. Dia selalu minta maaf untuk hal yang sedikitpun aku tidak mengerti.

Apakah dia minta maaf karena sebelum aku terlempar ke masa 800 tahun sebelum zamanku dia terus-terusan menerorku dengan datang ke mimpiku?

Apakah dia meminta maaf karena dia tidak pernah lagi datang ke mimpiku?

Atau apakah dia minta maaf karena sekarang datang lagi ke mimpiku?

Apaaa???!!!

"Aku tau, kamu membenciku. Oleh karena itu aku minta maaf, Lila... aku akan menebus kesalahanku kepadamu." Kata nya dengan ekspresi sedih dan penuh penyesalan.

I mean, boy. Could you please at least tell me what happened??? Batinku muak dengan penjelasannya yang sama sekali tidak mejawab pertanyaanku.

"Apapun itu, Reea. Gausah ganggu mimpiku kalo kamu nggaakan kasih jawaban. Aku udah cukup stress terlempar ke masa antah berantah dan kudu keep the story as it should be. Kalo kamu nambah-nambahin dengan selalu ganggu aku waktu aku istirahat, aku nggak jadi gila aja tuh udah jadi keajaiban tau nggak." Kataku padanya.

Ken Umang dalam cinta Ken ArokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang