SRAK!!
Kue dan jajanan pasar yang aku beli di pasar terlepas dari tanganku saat aku tiba di rumah. Tanpa memperdulikan cemilan kesukaan Umang yang sengaja aku beli dalam perjalanan pulang kerumah, aku bergegas lari begitu melihat Umang tertunduk lesu dengan wajah tertekan. Ia sedang dikelilingi oleh orang-orang yang menemaninya selama di Panawijen.
"Ada apa inii???" tanyaku kepada Nyi Prenjak sambil mengambil tangan Umang dan menggenggamnya. Baru kali ini aku melihat Umang begitu tertekan.
"Kami tadi dihadang oleh Perompak di wilayah perbatasan Panawijen dan Tumapel. Mereka sepertinya dari wilayah lain dan mengira kami adalah saudagar kaya Tumapel kemudian menyerang kami." Terang Nyi Prenjak dengan singkat dan nada cepat.
"Apakah jumlah mereka terlalu banyak dan terlalu tangkas? Bukankah semut seperti mereka akan mudah kalian kalahkan? Kenapa Umang bisa jadi seperti ini?" tanyaku lagi.
Umang tidak menjawab apapun. Ia seperti sedang menenangkan dirinya sendiri.
"Eeee... Kemampuan mereka memang tidak sebegitu lebih hebat dari kami, namun jumlah mereka lebih banyak. Saat kami sibuk melawan mereka, salah satu dari kawanan itu menyerang Umang dan mencoba melakukan hal tidak baik kepadanya. Umang terlalu kaget untuk melawan-" sebelum Siro selesai menjelaskan aku sudah naik pitam.
"DUBRIKSA LAKNAT!!! AKAN KU CINCANG MEREKA SEMUA!! DIMANA KALIAN BERTEMU MEREKA???!! KITA KESANA SEKARANG!!!" aku berdiri dan mengamuk.
Lancang sekali mereka mencoba melakukan hal buruk kepada Umang.
"Tenanglah, Arok... Orang itu sudah mati." Kata Nyi Prenjak menenangkanku.
Aku langsung memeluk Umang yang masih saja diam membisu. Betapa ia benar-benar kaget dan terguncang hingga ia membiarkanku memeluknya. Badannya terasa dingin dan aku merasakannya sedikit menggigil. Membuat hatiku sangat terluka.
Maafkan aku Umang... suami macam apa aku ini hingga hal ini bisa terjadi padamu... batinku sedih.
"Untungnya, belum sempat orang itu melakukan hal yang tidak baik tiba-tiba saja Kebo Ijo datang dan menyelamatkan Umang. Orang itu langsung di tebas ditempat." Sambung Nyi Prenjak.
"Kebo Ijo?" Tanyaku heran.
"Iya... Kebo Ijo. Tangan kanan Tunggul Ametung." Jawab Nyi Prenjak.
"Untunglah ia sedang lewat dengan pasukannya untuk menuju ke Panawijen." Sambung Randu, orang yang membantu Umang di kedai.
Untuk apa dia ke Panawijen? Aku mengerutkan keningku dan sejenak berpikir.
Ah, itu tidak penting. Lebih penting sekarang adalah kondisi Umang.
"Baiklah.. nanti aku akan menemuinya untuk berterimakasih. Sekarang, biarkan Umang beristirahat. Sudah ada aku disini, kalian bisa pulang." Kataku pada mereka.
Setelah mereka pulang, aku membimbing Umang untuk masuk ke kamar dan mendudukannya di atas ranjang.
"Umang... apakah kau ingin minum dulu?" tanyaku lembut padanya.
Umang hanya diam saja dengan tatapan kosong, menatap dinding.
Dubriksa laknat!!! Aku akan mencari kawanan itu dan menghabisi mereka semua! Tekadku dalam hati.
"Kalau kau lelah, berbaringlah lalu tidur. Aku akan menjagamu disini, bersamamu. Tak akan aku membiarkan siapapun datang dan menyakitimu." Kataku lagi padanya, berharap ia akan menanggapi perkataanku.
![](https://img.wattpad.com/cover/280528721-288-k782284.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken Umang dalam cinta Ken Arok
Narrativa StoricaPria itu memandangku tersenyum lalu memandang lagi ke depan. Dia tidak memakai baju atasan, hanya selendang yang disampirkan ke samping dengan rambut disanggul dan memakai ikat kepala berwarna hitam seperti mahasiswa sedang demo. Dia hanya memakai c...