Suami Istri

268 31 9
                                    


"Sate Kelinci 5 piring!!!" teriak salah satu pelayan kedai yang disambut dengan semangat oleh orang-orang bagian dapur.

Seperti biasanya, kedaiku ramai oleh pengunjung. Suara pesanan-pesanan dan hingar bingar orang-orang yang keluar masuk kedaiku menjadi melodi yang indah di telingaku.

Krincing, Krincing...

Suara uang koin itu...

Ah... Symphoni yang indah.

Gile, ga sia-sia gue jagain warung mamah dari SD sampe SMA. Jiwa dagang gue muncul juga pas masa-masa kritis kaya gini. Keajaiban banget. Bisa jadi sodagar nih gue disini kalo gini terus. Ntar jualan apa lagi yah enaknya yang belom pernah ada di masa kuno ini. Pasti bakal nge-boom deh dagangan-dagangan gue. Hihihii... pikirku sambil terkikik membayangkan.

Sebenarnya ini bukan kalo pertama aku mencoba untuk berdagang. Saat kuliah, aku mencoba menjual berbagai hal dan membayangkan diriku menjadi wirausaha muda. Tapi selalu gagal dan gagal. Bukan, bukan karena apa yang aku jual tidak laku, tapi lebih kepada aku nya yang malas dan tidak tekun. Plus sifat gampang bosanku. Aku sering berhenti berdagang karena bosan. Paling lama aku jualan produk hanya 2 bulan. Meskipun untung dan laris, aku selalu berhenti karena berbagai alasan. Yang sibuk di BEM lah, ada masalah keluarga lah, masalah beasiswa lah, skripsi lah, dan lainnya. Padahal intinya adalah aku hanya malas dan bosan saja.

Tapi setelah kupikirkan sekarang, ternyata alasanku berhenti dari usaha-usaha ku yang dulu sepertinya adalah sesimple tidak ada niat. Ya... tidak ada niat dan dorongan mengapa aku harus berdagang karena aku sudah hidup dengan nyaman. Aku tidak terhimpit masalah apapun yang mengharuskan aku untuk berdagang dan mendapatkan uang. Tapi sekarang?

Kedaiku ini sudah berjalan lebih dari 2 bulan sejak malam saat aku pertama kali memberikan tester kepada Arok dan yang lainnya. Dan lihatlah, aku masih sangat bersemangat untuk menjalankan bisnis ini karena selain bisa mendapatkan uang, aku juga bisa mendengar gossip seluruh negeri disini. Kedaiku jadi tempat berkumpul berbagai lapisan dari sudra, brahmana hingga kesatria. Segala hal dari hal kotor hingga hal-hal yang memerlukan pemahaman tinggi dibicarakan disini.

Being Young, Smart, Beauty and Rich. Bakal gue dapetin disini. Hohoho... but Ah... andai saja disini ada alat perekam suara, pasti bakal lebih perfect ini buat nge record semua info-info itu. Pikirku menyayangkan kurangnya teknologi disini.

Untuk menutupi kekurangan-kekurangan itu, aku menyuruh semua mata-mata dan pelayan kedai untuk menuliskan apapun yang mereka dengar agar tidak lupa dan ter-record dengan baik.

"Ha? Kau menyuruh mereka untuk menulis diatas pelepah pisang kering menggunakan arang?"

Aku masih ingat bagaimana mereka kaget dan terheran-heran saat aku mengatakan hal tersebut. Menulis diatas pelepah pisang menggunakan arang menurutku lebih mudah dan cepat dilakukan dibanding diatas daun lontar. Meskipun, tulisan itu hanya seperti coretan sementara saja yang nantinya akan di salin ulang oleh anggota geng Nyi Prenjak ke daun lontar karena pelepah pisang kering sangat rentan untuk sobek dan tulisan nya gampang hilang.

Dari informasi-informasi yang terkumpul itulah kami mengetahui segala hal untuk membantu melancarkan misi kami. Kami berkumpul setiap seminggu sekali di Gubug Nyi Prenjak untuk membuat rencana dan merancang strategi agar tujuan-tujuan kecil kami bisa tercapai menuju tujuan yang lebih besar yakni menumbangkan Tunggul Ametung, seperti pertemuan yang kami lakukan semalam.

"Kebo Ijo... Orang ini merupakan tangan kanan dari Tunggul Ametung. Dia adalah bawahannya yang Raja Kadiri perintahkan untuk mengikuti Tunggul Ametung ke Tumapel agar dapat membantunya menertibkan dan mengatur Tumapel." Kata Tita sambil membaca informasi yang telah kami kumpulkan tentang Kebo Ijo yang sebenarnya aku sudah tau dari buku sejarah yang aku baca dulu ketika sekolah.

Ken Umang dalam cinta Ken ArokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang