Briefing

167 30 3
                                    


Daerah Pinggiran Tumapel, 1220

Terangnya sinar matahari pagi ini membangunkanku. Mungkin bahkan hari sudah beranjak siang dari bagaimana cahaya mentari yang terasa sebegitu teriknya hingga membangunkanku dan membuatku merasa agak kepanasan. Sepertinya AC-nya butuh maintainence setelah beberapa bulan ini belum dibersihkan. Aku masih merasa enggan untuk membuka mata dan terus memeluk orang yang mendekapku. Rasanya sudah lama aku tidak tidur senyaman ini.

"Dika... aku mau dibikinin toast pake nutella ya hari ini..." kataku pada orang yang kusayang ini. Ia sepertinya masih terlalu mengantuk untuk menjawabku karena kami mungkin tertidur sangat larut untuk bisa menjadi morning person hari ini.

Kadang-kadang kami memang menonton film hingga lewat dari tengah malam dan tertidur diatas sofa ruang tamu apartemenku ini saat weekend. Well, Since we couldn't go anywhere else because of this damn covid-19, kita terpaksa hanya bisa tinggal di apartemenku untuk sekedar melewati hari dengan hal-hal sederhana hingga kadang juga Dika menginap di tempatku seperti saat ini.

"Dika... hari ini pokoknya kudu jalan-jalan ke pantai lagi yaaa... kemarin kan gagal gara-gara ujan..." kataku lagi sambil mengguncang-guncangkan badannya dengan manja, tidak menyerah untuk membangunkannya sambil tetap tenggelam dalam dekapannya.

Tumben Dika ngga pake baju. Pikirku sekilas. Well, hubungan kami belum separah hingga tahap melakukan hubungan diluar tata norma masyarakat, memang... Paling banter kami tidur berpelukan seperti sekarang.

Aku lalu membuka mataku dengan setengah terpaksa, mendongakkan kepalaku kepadanya seraya memanggilnya dan mengusap pipinya.

"Dikaku sayang.. ayo bangun, udah jam berap.... WHAT THE HECK ARE YOU F*CKN DOIN' HERE?!!!!!" aku mendorong orang yang mendekapku itu, yang ternyata adalah Arok.

Shit... what the hell am I doing last night? Am I going crazy and behave like a Jablay? Am I this desperate of being lonely that even make my lust take over my brain???? What the f*ckn happened with me?? Umpatku kepada diriku sendiri yang tak percaya dengan apa yang terjadi.

Arok yang terbangun kaget masih berusaha untuk mengumpulkan nyawa sambil mengerjap-kerjapkan matanya dan mencoba untuk memahami keadaan.

"Kau sudah bangun Umang? Apakah kau sudah baik-baik saja?" kata Arok dengan suara serak khas orang yang bangun tidur, sambil mencoba untuk mendekatiku.

"Hell, Of course im okhay until I found out that you are the one who f*ckn hugged me, you crazy kid!!" umpatku padanya yang tentu saja ia tak mengerti. Ia hanya diam seperti meminta penjelasan atas apa yang aku katakan. Well, aku dapat memahami sikapnya saat ini. Baru saja bangun tapi tiba-tiba diruntut kalimat yang bahkan ia tak mengerti satu patah katapun.

Mau tak mau, aku menghela nafas dalam-dalam untuk menenangkan diriku sendiri terlebih dahulu sebelum mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Entah mengapa aku seperti orang yang bangun pasca mabuk berat karena alcohol dan merasa telah melakukan kesalahan selama aku mabuk, seperti di drama-drama korea.

Oke, Lila. Lu adalah Orang Dewasa. Umur lu 8 tahun lebih tua darinya, jadi lu kudu berpikir dan bersikap lebih tenang dan bijak macem orang-orang dewasa pas bersikap di depan anak kecil. Kataku padaku sendiri dalam hati sambil memejamkan mataku sejenak.

"hhh... Aku baik-baik saja, Arok. Apa yang kau lakukan disini?" kataku mencoba untuk tenang menyelidikinya sambil menghindar darinya, menciptakan jarak. Aku dapat melihat sekilas senyuman Arok perlahan pudar karena sikapku, lalu ia menjawab.

"Semalam kau bermimpi buruk... aku sedang berjalan melewati kamarmu dan mendengarmu menangis jadi aku masuk dan menenangkanmu." Kata Arok sambil menggulung dan merapikan rambutnya, memakai kembali ikat kepalanya.

Ken Umang dalam cinta Ken ArokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang