Daerah Pinggiran Tumapel, 1220
Hari sudah mulai gelap dengan senja yang menjadi perantara selama matahari mulai beranjak pergi untuk digantikan oleh sang rembulan. Nyi Prenjak dan para saudara perempuan di kelompok Nyi Prenjak berkumpul bersama untuk mengantarkan kepergianku ke Padepokan.
"Kamu harus segera sembuh, dan segera kembali tinggal lagi bersama kami, Umang... Kami akan menunggu hingga kamu sembuh." Kata Nyi Prenjak sambil menggenggam tanganku. Aku hanya membalas Nyi Prenjak sambil tersenyum, speechless tidak tau harus berkata apa.
Aku harus pergi dari raga ini dulu jika engkau ingin Umang ini sembuh, Nyi... Pikirku pahit.
"Ayo, Umang. Hari sudah mulai gelap." Kata Arok mengingatkan, sambil menggenggam dengan erat tali kekang kuda yang akan mengantar kami kembali ke Padepokan Mpu Palot. Aku melepas genggaman Nyi Prenjak dan berjalan ke arah Arok. Kami lalu berpamitan dan melambaikan tangan kepada semua orang yang berkumpul mengantarkan kepergian kami.
Aku agak tertegun dan terharu dengan kondisi yang aku lihat sekarang ini. Suasana sekarang benar-benar sangat hangat, berbeda dengan keadaan di abad ke-20. Mana mungkin ada orang yang diantarkan sekelompok orang saat akan pergi? Bahkan saat aku di stasiun atau bandara pun, tidak akan ada orang sebanyak ini yang keluar dan berkumpul untuk hanya mengantarkan dua orang pergi, karena betapa akan dianggap lebay dan kurang kerjaan.
"Apakah kamu tidak akan naik?" tanya Arok membuyarkan lamunanku.
"Aku akan pergi dahulu ya, Nyi... Aku akan sering berkunjung." Kataku berpamitan dan kemudian menjatuhkan pandanganku ke tali kekang yang sedang di ganggam Arok. Aku terhenyak dan baru tersadar, bahwa aku akan menaiki seekor kuda untuk pulang.
Aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terdiam dan menatap kuda yang besarnya ini lebih besar dari kuda-kuda delman yang selama ini hanya aku lihat di pasar-pasar di jawa. Sepertinya kuda abad ke 12 memang masih besar-besar.
Sh*t. Ini begimane gua naik nya dah? Seumur-umur gua gapernah naik kuda langsung. Naik Andong sering dulu waktu kecil, tapi kuda?? Oh My Lord ini gimana cara naiknya? Kalo Jeep gitu, biarpun gede tapi kan gua tau cara naiknya. Nah ini... Tiba-tiba aku merasa udik karena kebingungan.
Tiba-tiba arok membopongku dan menaikkanku di atas kuda. Aku sangat terkejut dan merasakan panas di pipi dan telingaku karena malu. Para saudara di kelompok Nyi Prenjak saling-silang berseru bersemangat melihat adegan yang ditampilkan Arok denganku, sementara Nyi Prenjak hanya tersenyum penuh arti menatap hal yang mereka anggap seru ini.
Arok kemudian naik diatas kuda dan berada di belakangku. Ia mengambil tali kekang kuda yang ada di depanku dan mulai menariknya, memerintahkan kuda untuk mulai berlari. Di posisi yang otomatis seperti Arok memelukku dari belakang ini, aku hanya bisa terdiam mematung. Shock.
Setelah kejadian aku mengetahui bahwa dulunya Umang berpakaian seperti saudara-saudara perempuannya yang lain di kelompok Nyi Prenjak, dan sejak aku menyadari bahwa Arok sudah melihat tubuh Umang yang sekarang secara tidak langsug ia peluk dari belakang ini, aku masih sangat teramat tidak nyaman untuk berada sedekat ini dengan Arok. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan. Walaupun aku sekarang memakai pakaian yang tergolong sangat tertutup, aku masih sangat risih untuk melakukan skinship dengannya. Maka, aku hanya bisa terdiam kaku.
"Lemaskanlah badanmu, Umang. Kalau kau seperti ini, kudanya akan merasa keberatan dan tidak bisa berlari kencang." Kata Arok mengkomandoiku. Tapi sebagaimanapun aku mencoba untuk rileks, aku masih merasa tidak nyaman.
Setelah agak jauh dari pondokan Nyi Prenjak, langkah kaki kuda mulai memelan dan Arok entah mengapa tiba-tiba memberhentikan kudanya lalu turun.
Aku menatapnya untuk meminta penjelasan mengapa ia turun tanpa mengatakan satu patah katapun, karena aku masih sangat tidak nyaman bahkan untuk mengucapkan satu patah katapun padanya. Arok hanya membalas dengan senyuman lalu menuntun kudanya untuk kembali berjalan. Aku masih berada di atas kuda sambil memegang erat pelana kuda agar tidak terjatuh.
![](https://img.wattpad.com/cover/280528721-288-k782284.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken Umang dalam cinta Ken Arok
Tarihi KurguPria itu memandangku tersenyum lalu memandang lagi ke depan. Dia tidak memakai baju atasan, hanya selendang yang disampirkan ke samping dengan rambut disanggul dan memakai ikat kepala berwarna hitam seperti mahasiswa sedang demo. Dia hanya memakai c...