Umang Menunggu

205 28 5
                                    

Suara riak air yang mengalir melewati bebatuan terdengar keras dan anggun, terdengar buas namun lembut, terdengar deras namun juga bermelodi dengan tempo yang teratur.

Suasana begitu damai dan sunyi dalam kesyahduan langit jingga yang terpantul pada air sungai yang mengalir mengikuti irama senja.

.

.

Sangat tenang dan nyaman.

BUT NOT WITH ME.

Kesunyian ketenangan kesyahduan itu tidak bisa ikut mengalunkan melodi dan menentramkan pikiran serta hatiku yang sedang tak karuan.

WHAT THE HECK??!!

Do he just simply trying to flirt with me while I am the one who over thinking and over reacting it? Bukannya dia tadi ngomong kalo gue tuh asing buat dia? Bukan yah? Gue yang salah paham yah? Atau gimana? Dia kan bilang kangen sama Umang meski lagi bareng gue, berarti dia emang ngga ngerasain adanya Umang dalam diri gue dong?? Iya ngga sih? Eh? Apa gimana? Uuurgh!!

Aku memalingkan mukaku karena salah tingkah yang membuat Arok secara otomatis melepaskan genggamannya dari pundakku.

Aku Malu.

Shiii*... he really just simply trying to flirt with tante-tante like meee, Does he???

Kepalaku memanas karena bingung harus bereaksi bagaimana. Ini sangat jauh dari apa yang aku pikirkan, dan terlalu mendadak.

So, he just want to be more close with me and in the end he may want to do 'suami-istri' things too? Sadarku makin speechless.

Well, ok lila... lets use your brain to think it fast.

He hold it well in these past few months. Makanya gue udah tenang-tenang aja, ngga expect dia masih punya pikiran itu.

But why now??! Suddenly??

Suasana disini menjadi sangat canggung dan kikuk. Kami sempat terdiam lama dalam hening yang bahkan suara burung cekakak yang terbang rendah dan lirih bisa masuk kedalam gendang telinga kami.

"Ehrm... jadi..." kata Arok memecah keheningan.

"Aku belum siap." Kataku spontan berdasarkan kesimpulan cepatku, menatap Arok tanpa ekspresi.

Dan...

Suasana kembali menjadi canggung.

"Aku..." kataku sambil menggigit bibir dan mengernyitkan dahi berpikir.

Gimana cara gue ngomongnya ini? Apakah dia bener-bener minta buat kita lebih dekat dan ngelakuin 'itu' layaknya suami istri dan orang-orang seumuran kami di jaman ini? Shi*, gue bener-bener ngga siap mental. Pikirku panik dan deg-degan ngga karuan.

"Maaf Arok... aku belum bisa menjadi istri yang sempurna untukmu. Aku mungkin bisa menjalankan peran dan kewajibanku untuk mendukungmu sebagai seorang istri, namun Aku belum bisa memenuhi keinginanmu dan menunaikan kewajibanku sebagai istri sebagaimana layaknya istri-istri yang harus melayani suaminya di malam setelah mereka menikah." Kataku pada Arok akhirnya.

Kecanggungan kembali datang kepada kami. Arok mengernyitkan dahinya dan menatapku dengan aneh. Merasa bahwa aku masih salah paham dengan niatnya.

"Umang, Aku... sepertinya kamu salah paham." Kata Arok mulai mengkoreksi.

"Aku tidak menuntutmu untuk melakukan atau menjalankan peran apapun, Umang. Dan Aku juga tidak memintamu untuk melakukan hal-hal yang kamu tidak mau.. bukankah aku pernah berjanji padamu mengenai hal tersebut?" Arok menanggapi perkataanku tadi.

Ken Umang dalam cinta Ken ArokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang