Pasrah

189 28 13
                                    

"Adik Saya..."

Kata-kata itu tanpa terencana telah keluar dari mulutku sendiri. Aku sendiri kaget tentang hal ini. Mengapa tiba-tiba aku memperkenalkan Umang seperti itu di depan Sang Prameswari?

Sejak aku masuk ke pakuwon, aku memang diperintahkan oleh Mahaguru untuk merahasiakan hubungan kami. Itu sebabnya yang mengetahui bahwa kami adalah suami istri hanya lingkungan padepokan dan kelompok kami saja.

Tapi untuk mengatakan bahwa Umang adalah adikku di depan Sang Prameswari...

Mengapa aku tidak berpikir panjang? Kataku yang sedikit merasa bersalah kepada Umang.

Tapi... Mengapa aku merasa bersalah? Bukankah itu memang hal yang seharusnya aku katakan? Dengan kedewasaannya, Umang pasti mengerti.

Aku melihat Umang tertegun dengan caraku memperkenalkannya dihadapan Prameswari. Ia terlihat kesal dengan jawabanku.

Ah.. harusnya aku memang tidak menjawab seperti itu. Umang pasti kesal.

Di sampingnya, terlihat Kebo Ijo yang memandang Umang dengan tatapan aneh layaknya orang jatuh cinta. Membuatku tiba-tiba merasa kesal.

Mengapa ia menatap istri orang seperti itu? Mengapa pula Umang hanya diam saja berdekatan dengan Kebo Ijo ini?

"Cepat hormat kepada Sang Prameswari." Pintaku kepada Umang, untuk mengalihkan pandangan Kebo Ijo agar sadar bahwa disini ada Prameswari.

"Ah, tidak apa-apa. Saat di luar seperti ini tidak ada yang tau aku siapa selain Arok dan Kebo Ijo. Kau tak perlu terlalu sopan kepadaku." Kata Prameswari dengan manisnya.

"Apalagi kau adik Arok..." katanya lagi melanjutkan sambil menatapku.

Aku tertegun dengan kata-kata Sang Prameswari. Seperti ada hal aneh yang membuatku tidak bisa berpaling dari tatapannya. Entah mengapa aku teringat dengan cahaya yang aku lihat darinya saat di Taman Baboji.

Pandanganku tertumbuk lagi ke wajah kebo ijo yang sedang menatap dengan tatapan ganjil ke Umang.

Ah.. sekarang bukan saatnya memikirkan Prameswari. Harus kuapakan agar Kebo Ijo pergi dan aku bisa membawa Umang?

"Jangan salahkan adikmu. Aku yang mengajaknya ke pesta air saat ia akan pulang ke rumahnya tadi." Kata Kebo Ijo saat kutanya mengapa mereka bisa bersama.

"Ah, kakang! Sepertinya disana ada pertunjukan seru. Aku ingin melihatnya. Ayo kesana." Kata Umang pada Kebo Ijo sambil menarik lengannya. Mereka berdua kemudian meninggalkanku dan Sang Prameswari sendirian.

APA-APAAN ITU? Mengapa dengan orang asing dia bisa dengan mudahnya memanggil kakang dan menyentuh tubuhnya?? Dan apa-apaan tatapan senang dari Kebo Ijo itu??? AKU SANGAT MARAH!!

Tiba-tiba kurasakan tangan hangat menyentuh tanganku yang ternyata mengepal dengan kencangnya hingga meninggalkan bekas kuku. Aku melihat ke arah orang yang menyentuh tanganku untuk menenangkanku. Dia adalah Sang Prameswari.

Aku langsung menghindari tangannya dan ngapurancang.

"Ngapunten, Ndoro... Karena kelalaian saya dalam mengantarkan anda sehingga harus menunda perjalanan anda..." kataku berkata sopan pada Sang Prameswari.

"Mengapa kau sudah memanggilku Ndoro lagi? Bukankah aku telah sampaikan bahwa kau cukup memanggilku Dedes saat hanya berdua denganku?" katanya lembut. Aku tak tahu persis bagaimana raut wajahnya karena aku masih menundukkan kepalaku dan ngapurancang.

Ken Umang dalam cinta Ken ArokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang