Roaler Coaster

86 15 23
                                    

Aku adalah golongan orang yang tidak terlalu menyukai kejutan, musik yang berisik dengan dentuman bass yang keras, dan aktivitas apapun yang bisa membuat jantungku berdebar terlalu kencang seperti olahraga extreme dan wahana pemacu jantung semacam roaler coaster.

AH!! Terutama roaler coaster!! Aku sangat membencinya!!!

Aku tidak habis pikir, mengapa orang suka sekali menyiksa diri dengan menaiki hal yang katanya 'supposed to be fun' tapi malah membuat kepala pusing, perut mual, pandangan berkunang-kunang dan tidak enak badan seharian.

Ritme yang tidak beraturan, benturan mendadak, tanjakan dan turunan tajam yang membuat posisi kepalamu tidak konsisten sehingga terasa seperti lepas dari dari badan, serta angin kencang yang seperti membentrokkan dirinya pada wajahmu sampai membuatmu merasa kenyang secara tidak wajar.

Ugh. Aku sangat tidak suka itu.

BUT you know what guys????...

Dua hari terakhir ini benar-benar membuatku kelelahan, mual, dan muak seperti menaiki roaler coaster.

Well, aku memang telah merasa lelah secara tidak wajar dengan segala culture shock, food shock, toilet shock, language shock, dan shock shock lain sejak aku tiba di masa ini, BUT THESE TWO DAYS IS SO DAMN MASSIVE.

Dalam waktu yang sesingkat itu, aku telah menghadapi berbagai situasi, emosi, chip-in informasi yang membludak, sambil menjalankan lakon sebagai Umang yang menuntut target besar agar aku bisa kembali ke masa dimana aku harusnya berada.

Let me wrap-up these 'roaler coaster' moment to you.

Kemarin malam, tiba-tiba Arok muncul saat aku hampir mendapatkan informasi dari kebo ijo tentang apa yang sedang ia kerjakan, membuat aku gregetan dan sebal karena Arok menghambat misiku (#nanggung1).

Lalu di tengah emosi sebal itu tiba-tiba kami dipanggil bertemu dengan para guru saat kami hampir sampai di rumah, padahal aku sudah membayangkan Kasur (read: dipan) untuk rebahan setelah dongkol dengan Arok (#nanggung2).

Kemudian saat para guru menyampaikan tentang "Takdir Arok dan Dedes" yang membuatku sedikit girang karena mungkin waktu untukku kembali ke abad ke-21 semakin dekat, malah di dedek calon raja bernama Arok itu 'tantrum' tidak terima ketika ia diminta para guru untuk mendekati Dedes (#nanggung3).

Mau tak mau demi si dedek ini nurut dan menjalani takdirnya sehingga aku bisa balik, kudu-lah aku meyakinkan Arok dengan memutar otak sambil menerapkan ilmu negosiasi psikologi yang entah telah berapa tahun lalu aku pelajari di kursus google. Nah, setelah berhasil, malah aku nya yang terbawa suasana dan hampir melakukan 'hal romantis' dengan Arok kalau saja tidak tiba-tiba ditinggal si dedek gemes itu pergi di tengah-tengah 'momen' gara-gara dipanggil maen sama sahabat tersayangnya bernama Tita (#nanggung4).

Lalu hari ini, setelah seharian di perjalanan bersama Kebo Ijo, belum sampai di kali kanta untuk mencari penginapan kami harus terjebak di gua yang dekat dengan kali kanta karena hujan deras yang tiba-tiba mengguyur(#nanggung5).

Awalnya kupikir ada penginapan disini, tapi karena hujan ber-petir ini, kami harus masuk ke gua terdekat dan menghangatkan badan di dekat api unggun. Segala part-part yang nanggung tadi benar-benar seperti setiap ending episode drakor yang tak terhenti dan tidak tuntas, membawa mood dan emosiku seperti roaler coaster.

Hmm... But wait...

Huh?

Di gua?

Hujan-hujan?

Api unggun?

Feels like a little de ja vu, is it? Pikirku sekelibat karena merasa pernah mengalami hal seperti ini.

Ken Umang dalam cinta Ken ArokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang