02. This is real?

53.5K 6.5K 222
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca. Vote gak butuh waktu lama. Gak lebih dari 5 detik kok, bukan hal sulit...jadi jangan hanya menikmatinya tapi hargai juga jerih payah penulisnya ya ☺️
Dan jangan lupa ramein komen 😙



Kedua kelopak matanya bergerak-gerak sebelum terbuka sepenuhnya. Lalu berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam bola matanya. Lantas mengubah posisinya menjadi duduk seraya menggulirkan pandangannya untuk mengamati sekitar. Ekspresi wajahnya jelas menampakkan kebingungan karena merasa asing dengan tempat ini.

Ia berada dimana?

Ruangan ini sempit dengan ukuran sekitar 2x3. Perabotan di dalamnya terlampau sederhana. Selain ranjang, terdapat satu set meja tulis dan kursi, di atas meja tersusun rapi beberapa buku. Lalu terdapat sebuah lemari pakaian tanpa pintu, sepertinya pintunya telah rusak dan sengaja dicopot.

Lalu pandangannya terhenti pada ransel serta jas almamater tergeletak di lantai yang tidak jauh dari posisinya sekarang. Apakah pemilik kamar ini masih bersekolah? Dan tiba-tiba ingatan tentang dirinya kecelakaan menyeruak, begitu membekas dan terasa mengerikan. Apa mungkin pemilik kamar ini adalah orang yang menyelamatkannya?

Tapi tunggu. Bukankah cukup mustahil ia justru dibawa kemari bukannya mendapatkan perawatan di rumah sakit? Lalu apa ini? Electra menyibak selimut yang sebelumnya menutupi tubuhnya, kemudian menyentuh perban yang membalut lututnya. Lalu saat menggerakkan tangannya untuk meraba wajah, Electra juga merasakan pelipisnya diperban.

Kendaraannya menabrak pembatas jalan, berguling-guling beberapa kali dan kemudian terbalik, kecelakaan yang ia alami tergolong parah, dan dirinya hanya mendapatkan luka di lutut dan pelipis? Bukankah seharusnya ia pergi ke alam baka, minimal mengalami luka berat hingga koma karena sebelum kesadarannya menghilang, Electra merasakan kesakitan yang teramat sangat.

Keningnya berkerut semakin dalam kala menyadari penampilannya sendiri. Saat ini ia mengenakan seragam sekolah, yakni kemeja putih dengan bawahan rok di atas lutut yang bermotif kotak-kotak. Electra menundukkan kepala, membaca bordir tulisan yang melekat di atas dada kiri kemeja yang ia kenakan.

'Hayford International High School'

"Hayford...?" Gumam Electra yang seperti tidak asing.

Jika tidak salah ingat, Hayford adalah kota fiktif yang menjadi latar novel 'Hard to Believe' yang sempat Electra baca. Tapi kali ini Electra ragu dengan ingatannya.

Electra yang merasa kebingungan dengan seragam yang ia kenakan, lalu mengenai alasannya berada di tempat ini, dan bagaimana ia bisa selamat dari kecelakaan hebat itu, memutuskan turun dari ranjang untuk mencari seseorang yang bisa menjawab rasa penasarannya. Ia harus mencari pemilik kamar ini dan bertanya dimana ponselnya serta barang pribadinya yang lain.

Electra berjalan dengan tertatih karena luka di lututnya terasa perih saat kakinya bergerak. Belum sempat Electra menyentuh gagang pintu, dua remaja berlainan jenis dan sama-sama mengenakan seragam sekolah, terlebih dahulu membuka pintu.

Electra tersenyum kala bertatap muka dengan keduanya, dua remaja ini pasti yang menolongnya dan membawanya kemari. "Jadi kalian berdua yang...," perkataan Electra terpotong oleh lelaki remaja di hadapannya.

"Berhentilah mengganggu hidupku, Electra!

Senyum di bibir Electra luntur, ekspresi wajahnya berubah skeptis, antara terkejut dan keheranan. Apa-apaan bocah ini? "Kenapa kau mem....," perkataannya kembali tertelan karena disela.

"Semakin hari tingkahmu semakin tidak masuk diakal!"

"Sean, seharusnya kau minta maaf pada Electra. Dia terluka karenamu."

Hard to Believe (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang