Jangan lupa vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥
•
•Kemarin setelah urusan sekolah selesai, Electra sempat singgah ke rumah Teresa dan baru pulang ke kost setelah jam makan malam. Bukan tanpa alasan Electra menerima tawaran Teresa, ia juga butuh melihat suasana lain, tidak hanya lingkungan kostnya dan sekolah.
Berada di rumah Teresa juga ada baiknya karena Electra tidak perlu mengeluarkan sepeser uangpun untuk makan. Ya, kemarin ia menumpang makan siang dan makan malam di rumah Teresa. Baru kali ini Electra merasa senang dapat menumpang makan di rumah orang lain, benar-benar miris.
Lalu setelah tiba di kost, usai membersihkan diri Electra langsung memejamkan mata dan baru membuka matanya kembali setelah mendengar dering alarm. Pagi ini Electra tidak berangkat ke sekolah, tidak ada kepentingan yang mengharuskannya pergi ke sekolah.
Electra memanfaatkan waktu luangnya untuk mencuci pakaian dan membersihkan kamar. Karena raga yang ia tempati hanyalah anak kost yang hidup serba kekurangan, membuat Electra mau tidak mau melakoni semua kegiatan tersebut. Tapi tidak masalah, saat hidup menumpang di rumah bibinya, Electra juga sering membantu pekerjaan rumah, jadi bukan hal yang sulit bagi Electra.
Setelah membersihkan diri di kamar mandi bersama, Electra kembali ke kamarnya untuk segera bersiap. Sebentar lagi Teresa akan kemari menjemputnya dan mengajaknya keluar. Entah kemana tujuannya, perempuan itu tidak mengatakannya. Tentu saja Electra menerima ajakan Teresa, ia juga butuh berinteraksi dan tidak melulu berada di dalam kost berukuran 2x3 ini.
Electra mengambil celana jeans dan blouse berlengan pendek dari dalam lemari, kemudian mengenakannya. Raga ini memiliki beragam produk kecantikan yang....entahlah, Electra sulit mendeskripsikannya. Mungkin tepatnya, Electra ragu dengan semua kosmetik tersebut karena mungkin saja wajah raga ini memiliki banyak keluhan karena tidak cocok dengan kosmetik tersebut. Jadi Electra hanya menggunakan toner di wajah, mengoleskan perona di bibir dan juga maskara agar bulu matanya semakin lentik.
Tepat setelah Electra menyisir dan mengikat rambutnya, terdengar suara ketukan pintu. Electra membawa langkahnya untuk membuka pintu. Dan seketika kening Electra berkerut samar karena yang dilihatnya bukan sosok Teresa, melainkan Sean dengan berpakaian seragam sekolah.
Electra menatap Sean penuh pengamatan dan berpendapat jika ekspresi yang nampak di wajah Sean saat ini menandakan jika lelaki itu sedang marah. Matanya tampak menajam dan wajahnya kaku. Tujuan Sean mendatanginya kemari dan dengan ekspresi demikian sudah jelas menandakan bahwa dirinya yang menjadi penyebab. Kali ini apalagi, rasanya ia tidak melakukan kesalahan apapun.
"Kenapa kau kema...," pertanyaan Electra terputus, ia menutup rapat matanya karena Sean menaikkan tangan ke wajahnya, berniat menamparnya.
Sean mengurungkan niat yang ingin menampar Electra, mengepalkan tangannya sebelum menurunkan kembali tangannya. Ia tidak mungkin berbuat kasar pada seorang perempuan.
Electra membuka matanya kembali karena tamparan tersebut tidak segera mendarat di wajahnya. Ternyata Sean mengurungkan niatnya. "Apa salahku?" Electra yang penasaran segera bertanya.
"Rekan kerja Megan sudah mengaku, kau dan dia bekerja sama untuk mempermalukan Megan!" Ujar Sean mengatakan apa yang mendasari kemarahannya.
Electra sedikit meringis dan menggigit bibir bawahnya. Kini ia paham kenapa Sean marah sekali padanya. Jadi begini ceritanya, semalam ada pesan masuk ke ponselnya, mengirim foto Megan yang setengah telanjang dan berkata di pesan 'aku sudah berhasil mendapatkan fotonya, sebaiknya kau saja yang mengunggahnya'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard to Believe (Hiatus)
RomanceAquaplaning terjadi begitu cepat sehingga Electra tidak sadar dan salah melakukan antisipasi. Kendaraan yang dilajukan Electra hingga berputar arah dan menabrak pembatas jalan, berguling-guling beberapa kali disertai suara benturan yang tak mampu te...