Kala tak pernah mengeluh perihal hidup yang tak sesuai dengan keinginan nya. Kala tetap melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban kala sebagai anak dan adek. Kala tak marah maupun benci pada mereka, karna kala sesayang itu dengan keluarga nya.
Bila boleh memilih kala ingin tidak dilahirkan bila kehadiran nya hanya dianggap pembawa sial. Seperti saat ini setelah pulang dari sekolah kala tak sengaja menyenggol vas kaca bunga bunda ketika kala sedang bersih-bersih rumah.
"KAMU BISA GAK SIH SEHARI AJA GAK BUAT MASALAH HAH!?". Lagi dan lagi hanya bentakan yang kala dapatkan
"Maaf bunda...". Lirih kala bahkan sangat lirih
"MAAF? KAMU BILANG MAAF HAHAA, DENGAR KALA MAAF KAMU GAK BISA BIKIN VAS BUNGA KESAYANGAN SAYA KEMBALI KALA!". saya? Kapan bunda akan menyebut dirinya bunda sama kala?
Kala anak bunda kan?
"Kamu jadi anak kenapa selalu nyusahin sih hah!". Kala tetap tak merespon yang ia lakukan hanyalah bungkam.
Sebegitu tidak suka nya kah bunda dengan kala?
"Dasar pembawa sial-- sebagai hukuman nya kamu tidur diluar semalaman dan tidak ada jatah makan". Tak ada bantahan dari kala, mau ngebantah juga bunda kan orang tua kala jadi kala tak boleh ngebantah apa kata bunda-- seperti itulah kata kala.
Selepas kepergian sang bunda kala segera bergegas merapihkan serpihan vas kaca yang pecah, kala dengan perasaan yang tak karuan dan mata yang berkaca-kaca menjadi tidak fokus sampai tangan nya tergores namun tak dihiraukan oleh nya.
Bunda ini perih tapi kenapa hati kala yang lebih menyesakkan bunda?
Selesai merapihkan serpihan vas kaca yang pecah tak lupa kala mengelap nya dengan kain pel.
"Akhirnya beres juga saat nya kala mandi hehe". Berbicara dengan diri sendiri seperti ini sudah sering kala lakukan, kalau bukan bicara sama diri sendiri sama siapa lagi? Bahkan bunda ayah dan kedua abangnya tak mau mendengar cerita kala jadi kala harus bicara dan bercerita dengan siapa?
***
Dilain tempat dua orang remaja seumuran sedang asik kumpul-kumpul dengan temannya. Ya, gala dan genta anak kembar yang sedang asik bergurau dengan teman segeng nya.
"Lo masih benci sama kala?". Pertanyaan yang sudah muak gala dan genta dengar
"Masih aja lo nanya itu njing". Sarkas genta yang bosen mendengar pertanyaan yang tidak penting dari revan salah satu teman nya.
"Wesh santai bro gausah ngegas njirr". Sahut revan atau nama lengkapnya revan agustin-- "lagian gua cuma nanya aja emang salah?". Tanya nya lagi
"Gak salah sumpah, tapi gua bosen njingan denger pertanyaan yang sama dari lu, lu gak cape apa nanya yang bahkan udah lu tau jawaban nya". Jelas gala bukan genta
"Nahh bener lu bang, gua aja cape dikasih pertanyaan yang sama kaya gitu adeuhhh". Timpal genta yang merotasikan matanya
"Alesan lu benci dia apa sih bro? Lu gak pernah tuh ngasih tau sama kita alesan apa yang bikin lu gasuka sama kala". Timpal arvanda jovanka
"Ck kepo lo pada". Selalu gitu jawaban nya 3 orang yang ada disana hanya menghela nafas karna mereka sudah sering melontarkan pertanyaan yang sama bahkan dengan jawaban yang sama pula.
Satu diantara mereka hanya menyimak saja apa yang mereka bicarakan, tak mau pusing memikirkan hal yang bahkan sudah tau bakal gimana ending dari pertanyaan itu. Sama saja gak ada perubahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakala -[END]-
Short StoryHanya mengisahkan seorang anak yang bernama Sakala Cakra wirgantara. . . . Gak jago buat deskripsi yang penasaran langsung baca aja, murni dari pemikiran sendiri.