Malam ini ada kesempatan ia untuk melihat sang abang didalam ICU. Sangat kebetulan bunda dan ayah balik kerumah sedangkan gala sedang keluar untuk mencari makan.
Kala mulai melangkah masuk kedalam dimana ia melihat abang tersayangnya sedang berjuang untuk bertahan hidup. Dimana banyak sekali alat medis yang menempel pada tubuh sang abang.
Kala menghela nafas sebelum melangkah lebih dekat dengan ranjang pesakitan genta.
"Hallo abanggg~". Sapa kala setelah sampai disamping ranjang genta lalu memegang tangan genta yang terbebas dari infusan.
"Abang...maaf ya? Maaf aku udah telat nolongin abang". Lirihnya sambil membawa tangan genta kepipi mochinya yang mulai tirus.
Mengusap dengan tulus pipi genta "abang tenang aja, soal ginjal...abang besok udah bisa menerima ginjalnya...jadi abang harus bertahan untuk sembuh ya? Jangan buat usaha ku sia-sia". Bisiknya
"Huft~~ abang tau gak? Aku sayanggg banget sama abang hiks...aku rela lakuin apapun buat abang asal abang sembuh. Aku lebih baik abang caci maki aku dibanding harus terbaring kaya gini". Ujarnya lagi
"Aku gak suka lihatnya"--lanjutnya menggigit bibirnya agar tak keluar isakkan nya.
Mengelus kening genta yang terbalut perban dengan penuh perasaan. Ia bahagia bisa menyentuh genta tanpa ada nya perlawanan tapi kenapa harus keadaan seperti ini?
"Bangun dong bang..marahin aku karna udah berani nyentuh abang nih hehe". Masih setia memegang tangan genta tanpa mau melepaskannya.
"Abang...kalau nanti abang udah sembuh jangan ngelakuin hal kaya gini lagi ya? Aku gak suka. Abang boleh benci aku, abang boleh buat mereka yang menyayangi aku kembali benci lagi gapapa asal jangan dengan cara seperti ini". Bisiknya dengan meneteskan air mata
"Abang, terimakasih dan maaf". Lirihnya
"Abang denger apa yang aku bicarain ya? Sampe nangis gini? Jangan nangis semuanya akan baik-baik aja percaya deh sama aku". Ujarnya sambil menghapus air mata disudut mata genta dengan pelan
Bila genta mendengar semuanya apa setelah bangun nanti ia akan berubah? Itupun kalau genta mengingatnya apa yang dilakukan oleh kala.
"Sudah ya, aku harus pergi sebelum bang gala dan yang lain dateng. Abang harus janji sama aku bakal sembuh ya"--
"--selamat malam abang...aku pamit ya". Kala mengecup kening genta cukup lama tak ingin melewatkan kesempatan ini.
Ia bersyukur dengan kejadian ini, karna ia bisa menyentuh genta dengan bebas ya meskipun ada penghalang seperti alat medis. Tapi ia juga sedih dengan kejadian ini, karna ia harus melihat abangnya terbaring lemah menutup matanya dengan rapat.
Ia tak suka.
Kala pun dengan berat melangkah keluar sebelum yang lainnya datang. Kala berusaha baik-baik saja didepan orang nanti.
Dengan menampilkan senyumannya ia keluar. Untungnya gala belum datang, lantas ia segera pergi tujuannya saat ini adalah taman.
《><》
Gala yang berada dikantin seperti dejavu apa yang terjadi hari ini. Seakan mengingatkannya pada pertama kali ia melihat kala kesakitan dan pada hari itu juga untuk ia memutuskan egonya demi melindungi kala.
Lalu, kejadian ini apa akan kembali egonya untuk membenci kala? Nyatanya gala tak sepenuhnya menyalahkan kala, ia hanya sedikit terbawa emosi aja saat itu.
Dan sekarang ia menyesal. Bahkan ia belum melihat anak itu lagi setelah ia melihat kala pergi ntah kemana.
Egoiskah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakala -[END]-
Short StoryHanya mengisahkan seorang anak yang bernama Sakala Cakra wirgantara. . . . Gak jago buat deskripsi yang penasaran langsung baca aja, murni dari pemikiran sendiri.