Pagi-pagi sekali kala dibangunkan oleh hawa dingin yang sangat menusuk hingga tulang-tulangnya. Dingin sangat dingin tak ada penghangat untuk menutupi tubuhnya selain pakaian yang ia gunakan.
"Stt..Bunda dingin bangett, ayah tolong peluk adek, abangg tolong kasih kehangatan untuk adek". Lirihnya sambil menelusupkan kepala nya pada lipatan kedua kakinya. Sungguh malang nasibnya
Pusing banget kepala aku
Tak terasa matahari sedikit demi sedikit telah menampakan cahaya sinarnya, kala sama sekali tak bisa tidur dengan nyenyak badan yang pegal, tubuh yang mengigil karna kedinginan dan dikejutkan dengan keluarnya cairan kental berwarna merah dari dua lubang hidung mancung nya.
"Astaga den kala mimisan!". Panik salah satu pembantu yang ada dirumah kala
"Bibi..". Lirihnya dengan bibir yang bergetar dan mata sayunya yang siapa pun melihatnya akan merasa iba dengannya.
"Ayo masuk bibi bersihkan darahnya". Ajak bibi mirna sambil membantu kala yang lemas
"Ma-af bi jadi ngerepotin". Lirihnya setelah sampai didalam kamarnya, saat ini kala sedang dibersihkan darah nya oleh mirna.
"Sudah tugas bibi nak". Ujarnya yang masih membersihkan darah anak dari majikan nya ini.
"Bibi...". Lirih-nya
"Iya kenapa, hmm?". Wanita yang sudah berumur itu menghentikan kegiatan nya ketika mendapat panggilan yang sangat lirih
"Dinginn". Kala tidak berbohong kalau dia kedinginan
"Sini bibi peluk". Tak nunggu lama mirna langsung saja membawa kala kedalam dekapan nya.
"Hangat, makasih bu". Ujar kala ketika merasakan kehangatan dari seorang ibu yang bahkan tidak pernah ia dapatkan dari sosok bundanya.
Ternyata sehangat ini ya bun dipeluk sama seorang ibu
"Sama-sama sayang". Mirna sudah menganggap kala seperti anak nya sendiri, ia lah yang mengurus kala sejak kecil hingga sekarang. Ia tau bagaimana perlakuan keluarga ini terhadap anak yang manis ini, tapi ia hanya bisa diam tak berani untuk ikut campur masalah keluarga ini.
"Masih merasa dingin kala?". Tanya nya yang tak melepaskan dekapan nya
"Sudah jauh lebih hangat bu". Jujurnya sambil melepaskan pelukan nya
"Sekali lagi terimakasih bu". Mendengar penuturan yang sangat tulus ini membuat bi mirna terharu, bagaimana bisa anak sepolos dan sebaik ini diperlakukan semaunya?
Senyuman-nya tak pernah hilang dari bibir manisnya walau sedikit pucat.
"Istirahat aja dulu ya, hari ini libur sekolah dulu aja biar nanti bibi yang izin sama pihak sekolah". Penolakan lah yang didapat kan oleh mirna. Mirna lupa kalau kala ini anak yang keras kepala.
Mirna hanya bisa menghela nafas saja toh memaksa pun pasti ia akan kalah dengan segala macam alesan kala yang sudah sering ia dengar ketika diminta untuk tidak masuk sekolah.
Kala tipekal anak yang bila sakit tidak dirasakan, bila sudah tak tahan dengan rasa sakitnya barulah kala meminum obat yang diwajibkan untuk ia minum.
Seperti sekarang kala harus menelan pil-pil yang masih saja pahit rasanya.Bunda obat nya masih pahit padahal sudah sering adek minum bun.
Ia langsung saja bergegas untuk membersihkan badan nya walau masih terasa dingin. Kala tak suka dianggap lemah maka dari itu ia harus bisa menahan sakit baik fisik maupun batin-nya.
Selesai rapih-rapih kala langsung saja turun kebawah, seperti biasa ia melihat pemandangan yang sudah sering ia lihat. Tapi kali ini kala ingin bergabung dengan mereka dengan memberanikan diri ia melangkahkan kakinya kearah meja makan dimana keluarga nya ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakala -[END]-
Short StoryHanya mengisahkan seorang anak yang bernama Sakala Cakra wirgantara. . . . Gak jago buat deskripsi yang penasaran langsung baca aja, murni dari pemikiran sendiri.