24

2.6K 158 6
                                    

Kehidupan seseorang tak akan ada yang tau nasibnya seperti apa. Masa depan seseorang pun tak akan ada yang tau akan indah atau tidak. Apa yang sudah ditetapkan menjadi takdir kita, kita tak bisa melawan takdir itu.

Apalagi sampai menentang takdir, rasanya jika dilakukan seperti manusia yang tak punya rasa syukur. Ia merasa hidupnya tak adil, merasa bahwa takdir jarang banget memihak padanya.

Tapi ia sadar, bahwa dari apa yang terjadi dalam hidupnya. Ia belajar menjadi kuat meski sendirian.

Tapi...apa tak boleh ia egois untuk mencari kebahagiaannya? Rasanya jika dilakukan ia merasa manusia yang paling jahat karna egois.

Saat ini kala melangkahkan kakinya dilorong rumah sakit, tanpa mengganti bajunya yang sudah lusuh akibat terkena air hujan. Tatapan matanya redup tak ada cahaya disana, kosong tatapan itu sungguh kosong tak ada binar ceria disana.

Kala tak menghiraukan tatapan orang-orang yang melihatnya dengan iba, jijik atau bahkan menyedihkan? Kala terkekeh miris dengan kehidupannya, apa memang ia harus berakhir sendiri lagi?

"Gapapa kala...gapapa. Sekarang kamu fokus untuk melihat kondisi bang genta..". Tak terasa air matanya kembali keluar, kenapa hatinya semakin menyesakkan?

Disinilah kala berakhir didepan ICU dimana genta dirawat. Sebelum melanglah lebih dekat lagi ia menghela nafas yang dimana disana terdapat kedua orang tua dan abangnya.

"Semuanya akan baik-baik aja". Gumamnya sambil mengelus dadanya seakan mengatakan bahwa tak akan terjadi apa-apa

Walaupun ia tau apa yang ia lakukan sia-sia.

BUGHH

Kala tersungkur baru saja ia melangkah ia sudah mendapat bogeman dari gala. Apakah ia salah? Berharap saat ini gala memeluk dan menenangkannya.

BUGHH

"LU MASIH PUNYA MUKA BUAT NAMPAKIN WAJAH lU HAH?!!". Gala membabi buta memukuli kala tanpa ampun, tak ada rasa iba untuknya.

"aa--abang~ Uhuk...sss-sakkitt". Lirihnya yang tak digubris sama sekali oleh gala.

BUGH...BUGHH...BUGH

"MATI AJAA LO!! KENAPA BUKAN LU HAH? KENAPA HARUS ADIK GUA?!!". Air mata kala mengalir deras, setiap pukulan dari gala kala berusaha melindungi dirinya meskipun percuma.

"Aa--bangg sstopp...sshh sstop bang...hiks...maaaff"

Hah...hah...hah

Nafas kala terputus-putus, namun tak dihiraukan sama sekali. Galen dan jihan diam, memang apa yang harus diharapkan dari mereka?

gala sedikit minggir ketika jihan mencoba mendekati kala. Awalnya kala mengira sang bunda akan memeluknya dan berkata "kamu gapapa kan? sayangnya bunda..". Namun itu semua pupus ketika jihan mencengkram dagunya dengan kuat.

Kala menggeleng mencoba melepaskan cengkraman sang bunda, namun hanya sia-sia jihan mencengkram nya sungguh kuat tak sebanding dengan tenaganya yang sudah mulai melemah.

"Kenapa? KENAPA KAMU NGELAKUIN INI KALAA?!!". Sekarang tak hanya dagunya yang dicengkram. Jihan juga menarik rambut kala dengan kuat sampai kala mendongak.

Kala meringis, air matanya yang sedari tadi keluar semakin deras mengalir dari mata indahnya. Kenapa semuanya menuduhnya? Kenapa semua memojokkannya? Kenapa tak ada yang mau mendengar penjelasannya terlebih dahulu?

Mereka tak ada disana saat kejadian itu. Tapi kenapa mereka menyalahkan nya?

Kala menggeleng "buk--kan ak..ku bun..". Apa yang saat ini dihadapannya adalah sosok bundanya? Kenapa bundanya berbeda?

Sakala -[END]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang