Waktu yang dinanti-nantikan telah tiba. Dimana hari ini adalah hari yang sedikit menegangkan, operasi pencakokan ginjal yang akan dijalani oleh genta dan kala. Tak ada yang tau siapa pendonornya, semua ini permintaan kala untuk merahasiakannya.
Lampu merah sudah menyala dimana itu artinya operasinya sudah dimulai. Semua orang yang menunggu diluar ruangan operasi saling menguatkan dengan penuh harap semuanya berjalan lancar.
Jihan yang beradalam dalam dekapan suaminya mereka saling menguatkan satu sama lain, sedangkan gala duduk dengan menutup dua bola mata tajamnya dengan tangan yang saling bertaut.
Tak lupa caka arva dan revan mereka juga sama khawatirnya mau bagaimana pun genta adalah sahabat mereka.
Didalam ruang operasi, dokter yang akan melakukan operasi ini sangat terkejut melihat orang yang akan ia ambil salah satu ginjalnya. Nafasnya terasa tercekat ketika melihat tubuh anaknya terbaring lemah dengan tatapan sayunya ia masih bisa menampilkan senyumannya.
Bolehkan saat ini ia menolak untuk membatalkan operasinya? Ia berjanji akan mencarikan pendonornya, namun semuanya sirna karna lirihan anaknya.
"Paa--pah ayo la-kukan". Lirihnya terbata sambil tersenyum, ia masih sadar mungkin karna efek obat biusnya yang baru saja ia terima sehingga ia menjadi lemah seperti ini.
Alex menggeleng, bukan ini yang ia harapkan. Tapi alex harus profesional sebagai dokter ia tak boleh lalai karna ini. Ia tak boleh menghilangkan nyawa seseorang karna kelalaiannya.
Disatu sisi ada nyawa yang harus alex selamatkan, namun disisi lain ia juga yang akan menyakiti anaknya.
"Dok, ayo segera dimulai". Ucap salah satu suster yang ada disana
Alex mengangguk meskipun berat untuk ia lakukan "ayo". Operasi pun dimulai dengan penuh kekonsentrasian agar tak ada kesalahan.
Keduanya harus selamat--itulah yang harus ia lakukan saat ini. Dibilang hancur, ia sangat hancur. Ia juga yang menyaksikan ini dan ia pula yang melakukannya.
Dikediaman alex lebih tepatnya dikamar yang ditempati oleh alex dan anes. Saat ini anes sedang gelisah perasaan tak enak turut serta menghantuinya.
Ia tak tau kenapa perasaan ini tiba-tiba datang. Satu yang saat ini berada dalam pikirannya yaitu kala. Anes bertanya-tanya pada dirinya sendiri ada apa sebenarnya? Kenapa perasaannya sungguh tak enak?
Ia menepis itu semua, berharap dan berdoa semoga ini hanya perasaannya saja tak akan terjadi sesuatu pada kala.
"Mamah harap kamu baik-baik aja sayang...mamah kangen kala, kala kenapa gak kasih kabar sama mamah hmm? Mulai nakal ya kamu hiks..hiks..". Gumamnya sambil mengusap foto kala.
"Mama tinggal seminggu ternyata kamu berhasil bikin mama rinduuuu banget sama kamu. Kamu katanya janji setelah mamah dan papah pulang mau jemput dibandara tapi malah kaka mu caka yang datang sendiri, kamu dimana sayang...". Gumannya lagi
Tuhan, jaga suami ku dan anak-anakku terutama untuk kala jaga dimana pun ia berada ya tuhan--doanya
Bercerita tentang kehidupan bukan satu hal yang mudah untuk diceritakan pada siapapun. Bahagia dan sedihnya orang itu berbeda-beda.
Langit yang cerah berubah menjadi awan kelabu. Awan yang terus berjalan mengubah warna menjadi cerah kembali.
Itu artinya yang terlihat mendung belum tentu hujan. Sama halnya dengan kala, ia terlihat lemah tapi belum tentu ia akan menyerah saat ini.
Ngasal woeee😭
Tuhan itu maha baik ya?
Kala kemana ya? Perasaan gua kok gaenak gini--bathinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakala -[END]-
Short StoryHanya mengisahkan seorang anak yang bernama Sakala Cakra wirgantara. . . . Gak jago buat deskripsi yang penasaran langsung baca aja, murni dari pemikiran sendiri.