"Ikhlasin kala jihann". Ujar galen yang berada disamping sang istri yang sedang menangis karena terlambat menyadari bahwa semuanya hanyalah kesalahpahaman saja.
"Hikss...hikss...berat mas rasanya baru kemarin aku bercanda sama kala, kenapa sekarang ia pergi meninggalkan aku? Hiks...hiks..."
"Ak-aku hiks...belum siap mas hiks...hikss". Jujurnya sambil mengusap nisan bungsunya yang sekarang sudah tenang dan tidak merasakan sakit lagi.
Siapa yang tak terluka kehilangan orang tersayangnya? Justru luka kehilangan lah yang sangat sulit disembuhkan. Mau sebesar apapun kita mengikhlaskan luka itu tetaplah ada apalagi dengan penyesalan yang belum usai terobati.
Dengan apalagi yang harus jihan lakukan agar rasa bersalahnya tak semakin membesar? Dengan kehilangan kala rasa bersalah ini malah semakin bertambah.
Jihan tak semudah itu melepaskan kala. Tidak, jihan takan bisa.
"Bun...". Panggil genta lirih
"--ikhlasin adek yaa, kasian dia nanti langkahnya berat bun". Ujarnya sambil menahan isakkannya.
Semuanya terlalu tiba-tiba untuknya. Bukan, tapi untuk semuanya. Semuanya merasa kehilangan atas kepergian kala yang secepat ini. Baru seminggu ia merasakan akan yang namanya kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kenapa tuhan mengambil kala begitu cepat?
"NGGAKKK!! BUNDA GAK BISA HIKS...BUN...daa gak bisa hiks..hiks...ngga bisaa". Racaunya sambil terus memeluk nisan kala. Semuanya nampak kacau tapi disinilah jihan yang paling kacau.
"BUNDA!!". Teriak genta yang seketika jihan langsung tersadar menatap genta dengan linglung.
Genta langsung memeluk sang bunda "jangan gini hiks...hikss..kasian adek bun". Lirihnya jihan sadar tak seharusnya ia bersikap paling menyedihkan. Disini tak hanya dia yang merasa kehilangan namun juga anak-anaknya dan suaminya yang sama terlukanya dengan dirinya.
"Maafff....maaffin bunda semuanya salah bunda...hikss..maaf"
"Stt...maaf aku gak bermaksud buat bentak bunda maaf". Ujarnya sambil mengusap punggung jihan yang terus saja bergetar.
Mereka yang ada disana menyaksikan kejadian ini hanya bisa diam. Mereka juga sama terlukanya.
Semuanya sudah terjadi, ibarat nasi yang sudah menjadi bubur. Mau berusaha mengembalikan seperti nasi itu takan bisa sama hal nya kepergian kala, mau menangis sampai keluar nanah pun tak akan bisa mengembalikan kala.
Semuanya sudah takdir.
Kehilangan adalah satu hal yang paling ditakutkan. Meski sudah berusaha untuk mengikhlaskan tetap saja itu akan terasa menyakitkan.
"Maafin saya". Ujar alex tiba-tiba
Semuanya menoleh kearah alex seakan heran dengan ucapannya.
"Kenapa minta maaf?". Tanya galen
"Maaf karna saya telah membawa kala pergi, tapi tujuan saya hanya untuk melindungi kala. Selain itu saya berusaha untuk menyembuhkan kala disana, tapi ternyata takdir tetap lah takdir. Setidaknya saya dan keluarga saya sudah mencobanya". Jelasnya
"Kamu...JAHATTT ALEXXX!!". teriak jihan sambil memukul dada alex, alex hanya diam tak berontak.
"KEMBALIINN KALA ALEXX!! KEMBALI KALA SAMA AKU...hikss...hikss kembali kala alexx". Ujarnya
"KEMBALIIN KALAAA!!".
Hah..hah..hah...
"Jihan...akhirnya bangun juga, kamu mimpi apaan sampai tidurnya gelisah gitu hmm?". Tutur galen
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakala -[END]-
Short StoryHanya mengisahkan seorang anak yang bernama Sakala Cakra wirgantara. . . . Gak jago buat deskripsi yang penasaran langsung baca aja, murni dari pemikiran sendiri.