Seharian ini kala menghabiskan waktunya ditaman, hanya duduk dan tanpa sadar tertidur dengan nyaman tanpa kala tau selama ia tidur ia ditemani oleh seseorang yang memperhatikannya dari jauh tapi tak terlalu jauh.
Ia ingin menunjukan perhatiannya namun ia enggan jadi ia memutuskan dari jauh aja setidaknya ia tau apa yang dilakukan oleh kala dan hanya ini yang dapat ia lakukan.
"Kemana aja kamu seharian ini? Keluyuran terus kerjaannya". Bukannya mendapat sambutan hangat kala mendapat tuduhan yang mungkin memang benar? Hahaa
"Dari rumah teman yah emang bunda gak ngasih tau ayah?". Ya, orang itu adalah galen. Galen diam jihan hanya memberitahunya kalau kala keluar ntah kemana.
"Tidak"
"Aku gak keluyuran kok ayah tenang aja hehe". Celotehnya yang tak digubris oleh galen
"Kamu sakit?". Kala kaget, gimana gak kaget kalau ayah nya menanyakan keadaannya?
"Ngga, aku baik saaangatttttt baik". Ujarnya dengan gemas
"Bagus deh setidaknya gak nyusahin". Galen lantas pergi meninggalkan kala yang sedikit tergores hatinya.
Senyumnya sempat luntur namun tak bertahan lama senyum nya kembali terbit. Kala harus kuat kan seperti kala kecil yang sudah bertahan sampai sejauh ini.
Lantas ia segera memasuki kamarnya lalu bersih-bersih badannya yang sudah lengket karna keringat yang seharian ini ia berada diluar rumah.
Tak lama ia telah selesai dengan ritual mandinya ia langsung saja menuju nakas yang berada dikamarnya untuk meminum obatnya. Hari ini untungnya berjalan dengan baik bahkan sangat baik ia kira ia takan bisa keluar dari rumah sakit dengan kondisinya yang memang tak bisa dikatakan baik.
Untungnya keadaannya berpihak padanya sedikit aneh memang kenapa sakitnya tak kambuh padahal tadi ia sebelum pergi merasa tak enak pada tubuhnya tapi ketika ia bertemu dengan abangnya rasa sakitnya hilang tergantikan dengan kebahagiaan untuknya.
Setelah belasan tahun akhirnya kala dapat merasakan bagaimana bercerita dan bercanda dengan abangnya. Ternyata seseru dan seasik itu ya? andai waktunya bisa lebih lama kala ingin menghabiskan waktunya seharian dengan abangnya.
"Hari dan awal yang baik untuk aku terimakasih tuhan". Ujarnya sambil menatap langit-langit kamarnya dengan senyuman lebarnya hingga menghilangkan mata sipitnya itu.
"Aku masih merasa ini seperti mimpi tapi ini nyata, ihh seneng bangett deh abang mau ngobrol sama aku xixii". Celotehnya sendiri sambil mengingat kembali momen yang ia tunggu-tunggu sejak lama. Ya, berbicara dengan salah satu abangnya ia masih tak menyangka hal ini akan terjadi.
Sungguh menyenangkan bukan?
"Abang kalau marah lucu tapi juga serem hahaa~". Lagi ia mengingat lagi bagaimana ekspresi gala saat marah dengan pertanyaan konyolnya.
"Aku jadi semangat ingin sembuh dan bisa bercanda seperti itu pada bunda ayah dan abang genta hehee"--
"Tapi aku gak mau kemoterapi a-aku ta-kut takut menahan rasa sakitnya sendirian, a--aku takut disaat semua orang masih membenci ku tapi kondisi ku malah semakin lemah, ga ga ga aku gak mau sendirian hiks hiks".
Aku gak mau pergi disaat mereka masih membenci ku aku gamau hiks hiks
Kegelisahan kala setiap saat menghantuinya. Ia ingin sembuh tapi ia tak mau kemoterapi lalu bagaimana ia bisa sembuh? Ya, mau tak mau kala hanya mengandalkan obat-obattan yang sudah menjadi teman hidupnya.
"Hiks...adek takut ayah..hiks...bunda adek mau pe-luk...abang adek mau hiks..ditemani sekali aja hikss..to-longg hiks..."--
"Aku...hiks...bukan kala yang ku-at. bunda maaf, ayah maaf, abang maafin adek hiks..maaf". Tangisannya lirih namun bila mendengar itu terasa menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakala -[END]-
Short StoryHanya mengisahkan seorang anak yang bernama Sakala Cakra wirgantara. . . . Gak jago buat deskripsi yang penasaran langsung baca aja, murni dari pemikiran sendiri.