Gala termenung di dalam ruang rawat kala, menatap kala dengan tatapan penuh penyesalan? Ia masih tak percaya apa yang dijelaskan oleh dokter padanya rasanya ia semakin membenci dirinya yang tak menyadari bahwa kala menyimpan luka bahkan sakitnya yang terbilang parah atau bahkan sangat parah seorang diri.
"Gua jahat banget ya? Haha". Lirihnya sambil memegang tangan kala yang terbebas dari infusan
"Kenapa? Kenapa lu sembunyiin semuanya? Kenapa dek? Gua berhak tau karna gua abang lu"--
"Jantung dan kanker? Hahaa bisa-bisa nya gua gak sadar apa yang lu rasain selama ini"
"Bodoh kan gua?"
"Caci maki gua sekarang dek kalau bisa pukul gua sesuka lu, gua gak pantes jadi abang buat lu, gua gak pantes dapat maaf dari lu manusia kaya gua gak pantes buat dapat senyuman dari lu, bangun! Pukul gua! tampar gua sekarang ayoo!! Hiks..hiks". Ucapnya diiringi air mata penyesalan, ia masih tak menyangka fakta yang mengejutkan untuknya.
Flashback on
"Adik mas saat ini akan kami pindahkan keruang rawat inap, namun...". Dokter itu menggantung ucapannya yang membuat gala berpikir yang tidak-tidak.
"Kenapa dok?". Tanyanya penuh penasaran
"Jantung yang dideritanya semakin lemah dan kanker yang sudah menyebar kedalam tubuhnya bisa dikatakan kanker darah yang dideritanya sudah masuk stadium 3 yang bisa kita lakukan saat ini salah satunya adalah mendapatkan donor jantung agar adik mas bisa sembuh dibanding kanker penyakit ini sulit disembuhkan dari banyaknya pasien hanya 1 diantara 1000, kita bisa melakukan kemoterapi walaupun memang tak menyembuhkan total namun dapat mengurangi menyebarnya sel-sel kanker yang ada pada tubuhnya"
"Memang saat ini kondisinya sudah stabil namun tak ada kemungkinan kalau kedepannya akan lebih parah dari ini, saya hanya bisa menginformasikan ini dan saya harap mas dan keluarga bisa membujuk adiknya untuk melakukan kemoterapi dan soal donor jantung sedang kami cari yang cocok untuknya. Doakan yang terbaik untuk kesembuhan adik mas tetap disisinya dan dukung ia dalam keadaan apapun jangan biarkan dia kecapean atau banyak pikiran yang bisa memicu penyakitnya kambuh, hanya ini yang bisa saya sampaikan kalau begitu saya pamit mas adik mas akan segera dipindahkan". Selepas menjelaskan semuanya dokter itu pamit undur diri dari hadapan gala yang saat ini masih tak merepon.
Maap gess gua ngasal nulis itu soalnya bener-bener gak paham tentang medis wkwkkwk.
"Terimakasih dok"
"Sama-sama". Selepas kepergian dokter gala terduduk dilantai
"Kanker darah? Sejak kapan dek?". Lirihnya dengan diiringi air mata yang menetes satu persatu yang semakin lama semakin deras.
"Bertahan dek, gua janji gua bakal ada disamping lu setiap saat dan gua bakal bujuk ayah bunda dan genta buat meminta maaf sama lu dan kita bakal kumpul bareng gua bakal buktiin kesalah pahaman ini dek, gua janji"
Flashback off
"Bang gala kemana coba dari malem gak keliatan batang idungnya". Genta yang bingung kemana gala pergi biasanya gala pergi mengabari dirinya tapi ini tidak sedikit aneh memang.
Dengan pikiran yang negatif ia curiga bahwa gala pergi dengan kala buktinya tadi ketika genta mencari gala dikamar kala tidak ada tapi ia hanya menemukan kamar yang berantakan dan banyak bercak darah?
"Tunggu? Bercak darah? Gua baru sadar kamar kala penuh dengan bekas darah yang banyak"
"Sebenarnya dia kenapa? Dan kemana kala? Kenapa tidak ada orangnya? Oh jangan-jangan bang gala yang membawa kala pergi kerumah sakit, fiks beneran inimah". Yakinnya, genta Langsung saja mencoba menghubungi gala yang kebetulan sambungannya terhubung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakala -[END]-
Short StoryHanya mengisahkan seorang anak yang bernama Sakala Cakra wirgantara. . . . Gak jago buat deskripsi yang penasaran langsung baca aja, murni dari pemikiran sendiri.