Tiga bulan, sudah tiga bulan kala menjalani kehidupan baru dengan keluarganya. Maksud dari kata kehidupan baru bukan berarti kala tinggal dengan mereka malainkan hidupnya akan bertambah kebahagiaannya karna mereka.
Benar bukan? Dengan kehadiran keluarga barunya kala dapat merasakan kasih sayang yang tak bisa ia dapatkan dari keluarganya sendiri.
Tapi kenapa hidupnya tak pernah tidak mendapat masalah? Apakah hidupnya akan terus seperti ini? Selalu aja mendapat masalah, apa ia sekuat itu? Sampai-sampai tuhan aja mengujinya terus menerus seperti ini.
Kala terkekeh miris sambil menatap langit-langit yang sudah mulai berubah warna menjadi kelabu alias mendung. Saat ini ia sedang duduk dihalte bus usai pulang sekolah.
"Padahal bukan aku kenapa aku yang disalahin?". Air matanya menetes yang ia biarkan tanpa mau menghapusnya.
Disaat ia mendapatkan satu bintangnya kenapa ia harus kembali kehilangan bintang itu? Padahal ia belum mendapatkan bintang yang lainnya.
Apa ia harus seperti ini? Kembali sendiri dengan luka yang terus saja menganga lebar tanpa bisa dikembalikan seperti semula.
"Ak--hiks bukan aku hiks...". Kala memeluk lututnya menenggalamkan kepalanya pada kedua kakinya yang ia tekuk dan menangis sejadi-jadinya.
Untungnya keadaan dihalte bus sedang sepi mungkin karna sebentar lagi akan turun hujan. Setidaknya kala tak sendirian ada hujan yang menemaninya dalam kesepian dan kedinginan.
"Abang gak nepatin janji hiks.."
《^_^》
Dilorong rumah sakit beberapa orang mendorong brangkar dimana orang itu dalam kondisi memprihatinkan.
Gala dengan perasaan khawatir sampai lupa bahwa adiknya yang satu ia lupakan atau bahkan kembali ia lukai. Ya, orang yang berada dalam brankar itu adalah genta.
Flashback on
Kala masuk sekolah seperti biasanya tak ada perubahan apapun kecuali identitasnya yang sudah diketahui oleh semua murid cakrawala sejak gala menerima nya.
Tak ada perubahan dalam hidupnya kecuali hadirnya papah alex, mamah anes dan kak caka dalam hidupnya.
Kala tak dapat masalah apapun selama gala menjaga nya, selama gala berada disisinya. Tak ada lagi bima dan geng nya yang mengganggu kala.
Namun, abang yang ia harapkan akan memeluknya seperti gala tak ada perubahan. Bisa dibilang genta semakin membencinya.
Seperti hal nya sekarang, genta datang menghampiri kala yang saat ini sedang menunggu gala digerbang sekolah. Ntah apa tujuan genta menghampiri kala.
Aku takut...
Kala menunduk takut, meremas kuat tangannya sendiri. Ntah hanya perasaannya saja atau memang akan terjadi sesuatu.
"Haii kala". Sapa genta setelah sampai dihadapan kala dengan senyuman yang mengerikan?
"H--hhai bang genta". Kala berusaha menutupi keresahannya dengan menampilkan senyuman seperti biasanya.
"Gimana hari ini hmmm?". Alis kala berkerut, abangnya sungguh aneh.
"Baik bang hehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakala -[END]-
Short StoryHanya mengisahkan seorang anak yang bernama Sakala Cakra wirgantara. . . . Gak jago buat deskripsi yang penasaran langsung baca aja, murni dari pemikiran sendiri.