37

3.5K 152 23
                                    

Mereka akhirnya sampai dikediaman Galendra. Rumah mewah nan megah itu tidak berubah sama sekali masih bersih dan nyaman untuk dilihat.

"Selamat datang tuan alex dan nyonya anes". Sapa pak satpam penjaga rumah kala.

"Terimakasih pak"

"Den kala sama den caka sudah lama tidak bertemu, tapi tidak ada yang berubah ya tetap tampan". Mereka tersenyum ternyata pak yono masih mengingat mereka dengan baik.

"Bapak juga tidak berubah, masih sama cerewet hahahhaa". Canda kala mereka yang ada disana ikut tertawa.

"Yasudah kita masuk dulu ya pa". Pamit alex yang langsung dipersilahkan oleh pa yono.

Mereka akhirnya melangkah kan kakinya lebih dekat lagi dengan pintu yang menjulang tinggi dan bercat coklat itu. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu kala buru-buru menerobos masuk begitu saja seakan rasa takutnya terkalahkan dengan rasa rindunya pada mereka.

Alex anes dan caka hanya bisa tersenyum. Ini adalah pilihan yang tepat membawa kala kembali pada kebahagiaan yang sesungguhnya.

"BUNDAA!!! AYAHH!!". Teriaknya dengan penuh antusias.

Kala tidak melunturkan senyumnya barang sedetik pun, karna ia sebahagia itu. Hanya ingin bertemu mereka kala sebahagia ini, sangat sederhana membuatnya bahagia.

Mereka yang ada disana terkejut mendengar teriakan yang sangat mereka hafal siapa pemilik suara ini. Mereka grasak grusuk menghampiri sosok yang selama ini mereka rindukan.

"ADEKKK!!". Teriak mereka barengan.

Mereka mematung masih tak percaya bahwa yang mereka lihat ini adalah nyata. Jihan sudah tak kuasa menahan tangisnya ia berlari menghampiri bungsunya yang sudah ia lukai.

Jihan memeluknya, menangis meraung yang terus meracau meminta maaf. Kala diam, ini untuk pertama kalinya sang bunda memeluk dirinya.

Tanpa sadar kala ikut mengeluarkan air matanya. Sungguh ini diluar logikanya, ia pikir ia tidak akan disambut seperti ini. Kala tidak menyesali keputusannya untuk pulang, jika saat ini ia dipanggil oleh tuhan pun ia siap.

"Mmaaf. . . Maafin bunda sayanggg, maafin bunda belum bisa jadi bunda yang baik untuk kamu. Hikss...hiks... maaf bunda sudah jahat sama kamu. Hikss... maaf bunda sudah menyakiti kamu sehingga kamu terluka begitu dalam. Hikss..hikss maafin bunda adekk". Pintanya dengan isakan yang keluar dari dua bilah bibirnya.

Kala memeluk jihan dengan erat seakan ini hanya berlaku satu kali saja yang ia dapatkan. Mereka yang menyaksikan ini hanya diam dengan perasaan sedih dan juga bahagia.

Anes bahkan sampai meneteskan air matanya, tak tahan melihat pemandangan yang membuat hatinya tersentuh. Caka dengan setia mengusap punggung anes dan alex juga melakukan hal yang sama dan sesekali memeluk anes.

Galen tersenyum dan juga mengeluarkan air matanya. Ia merasa telah menjadi kepala keluarga yang buruk untuk istri dan anak-anaknya. Terutama untuk putra bungsunya yang telah ia lukai baik fisik maupun batinnya.

Bahkan galen tau, dengan kata maaf pun tidak akan membuatnya kembali utuh. Meski begitu ia akan membuktikan dengan perlakuannya, tidak hanya dengan lisannya.

Sedangkan gala dan genta saling tatap dan tersenyum seakan menyiratkan kebahagiaan yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.

Semuanya telah kembali dan mereka berjanji pada dirinya masing-masing untuk tidak akan mengulangi hal yang sama lagi. Mereka akan lebih memperhatikan kala dan menjaga kala layaknya berlian.

Galen berjalan menghampiri kala dan jihan yang sedang berpelukan. Setelah sampai didekat mereka galen langsung saja ikut memeluk kala disusul dengan kedua putranya gala dan genta.

Sakala -[END]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang