31

3.4K 175 27
                                    

"Adeknya kaka gimana kabarnya hmm?". Ujarnya pada kala yang sedang duduk dibangku taman.

"Ehh kaka, aku baikkk saanggaaatttt baikkkkk". Sahutnya dengan gemas

Caka yang gemas mencubit pipi sang adik dengan perasaan. Mana tega ia menyubit adiknya dengan keras.

"Adeknya siapa sih ini hmm gemushh bangetttt". Ujarnya yang mengunyel-unyel pipi sang adek, sang adek hanya diam saja.

"Aadwekk nyaa kwakwa donggg". Sahutnya tak jelas

"Hahaa, kamu kenapa lucu banget sih?"

Kala berpose seakan sedang berpikir 🤔 (kurang lebih kek gitu yakk) caka yang menanti jawaban apa yang akan dilontarkan dengan ekspresi penasaran.

Namun, sudah 5 menit tak ada tanda-tanda kala akan menjawab. Ia yakin pasti jawabannya memuasakan nih.

"Yo ndak tau". Bahunya merosot setelah 5 menit menunggu jawaban sang adik dan hanya jawaban 'yo ndak tau?' Jawab kaya gitu aja kenapa lama sekali ya tuhan.

"Kak..."

"Kenapa hmm? Mau apa?". Tanya caka

"Kangen...". Lirihnya

Caka sungguh paham apa yang dimaksud dengan kala. Ia tau siapa yang kala rindukan. Tapi, apa harus sekarang ia melepas kala? Kenapa rasanya secepat itu?

Caka diam, bingung ingin menjawab apa sudah berbagai jawaban ia kasih.

"Gak boleh ya?". Kala menunduk memainkan kuku-kuku jarinya.

"Heii...lihat kaka coba sini". Pintanya sambil memegang wajah kala.

Mau tak mau kala menatap sang kaka dengan mata yang redup. Sebenarnya caka tak tega melihat kala yang seperti ini.

"Lihatt!! Kaka gak ngelarang kamu bertemu sama mereka dek...ada alasan yang bikin kaka gak bisa ngelepas kamu sama mereka. Kaka gak mau kamu terluka lagi". Jelasnya sambil mengusap pipi kala dengan lembut.

"Tapi sampai kapan kak? Lihat!! Aku udah sembuh lohh. Aku yakin pasti mereka nyariin aku dan khawatir sama aku". Ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Caka memeluk kala. Nyatanya mau sejauh manapun ia membawa kala pergi tempatnya untuk kembali tetaplah keluarga kandungnya.

"Hiks...hikss..mereka memang udah jahat sama aku, tapi...hiks akk--ku sayang sama mereka kak...". Isaknya dengan bahu begetar.

"Kaka tau, tapi sekarang biarkan seperti ini dulu ya? Tunggu sampai waktunya sudah tepat". Ujarnya yang masih setia memeluk kala.

"Hiks...aku kangen sama bun--da, ayah sama abang kak..hiksss". Racaunya dengan meremat baju caka seakan melampiaskan perasaannya saat ini.

Hiks...hikss...hikss

"Iyaa kaka paham, maaf..maafinn kaka dek". Ucapnya dengan tetesan air mata yang ikut keluar.

Kala mendongak menatap caka yang saat ini menangis karnanya. Kala yang merasa bersalah kembali memeluk caka dengan erat.

"Hiks...kaka gak salah, aku yang salah karna gak ngertiin kaka...hiks ak--ku minta maaf udah menyusahkan kaka mamah sama papah hiks...maaf, maafin kala". Caka menggeleng ini sama sekali bukan salah kala sungguh.

"Sttt...sudah ya ini bukan salah kamu, tenang okeii nanti dadamu sesak dek...". Kala langsung berhenti menangis meski isakan nya masih ada.

"Nahh gini jangan nangis lagi, jelek tau kalau nangis". Goda caka sambil mengusap mata kala dengan ibu jarinya.

Sakala -[END]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang