Hari ini kala sudah diizinkan pulang lebih tepatnya kala yang memaksa untuk pulang. Gala yang bosen denger rengekan kala akhirnya meminta izin dokter untuk pulang dengan berbagai persyaratan yang harus dipatuhi oleh kala.
"Akhirnya aku bisa menghirup udara bebas juga". Senyuman kala terus terpatri tak pernah luntur dari wajah manisnya
"Lebayyy!! Adek siapa si ini hmmm? kok gemes". Gala mengunyel-unyel pipi mochi adiknya ia sangat gemas dengan kala.
Kemana aja ia selama ini baru tau kalau adeknya segemes ini? Ia berjanji pada dirinya sendiri mulai sekarang, tidak. Lebih tepatnya mulai kemarin ia akan menjaga kala, tak akan pernah menyakitinya ia berjanji untuk hari ini esok dan seterusnya untuk mempertahan kala agar selalu disisinya.
"Sakit tau bang ishh". Kala mengusap pipinya yang telah terlepas dari tangan sang abang.
"Abis nya kamu lucu bangett". Kala hanya merotasikan matanya malas, ternyata abangnya ini sungguh menakutkan ia jadi takut kalau terlihat gemas dimata abangnya nanti pipinya jadi korban lagi huhh~--pikirnya
Mereka telah sampai didepan rumah, namun gala tak dapat menemani kala sampai dalam. Sebenarnya gala ingin mengantarkan kala sampai dalam rumah namun kala menolak dengan alasan "gapapa abangg, nanti abang ditungguin sama teman-teman abang kasian mereka kalau nunggunya kelamaan". Begitulah alasan kala.
Ketika gala ingin menolak ia jadi urung ketika melihat kala dengan tatapan memohon, dengan berat hati ia mengalah walaupun ada perasaan tak enak tapi ia tepis jauh-jauh perasaan itu.
"Yakin?"
"Iya abang ish"
"Yaudah, langsung istirahat dek kalau ada apa-apa bilang sama abang, jangan lupa minum obatnya, jangan sampai ke--". Belum selesai gala bicara ucapannya dipotong oleh kala.
"Iya abang iya aku tau, abang udah berapa kali ngomong kaya gitu gak bosen apa?". Protesnya
"Abang tuh cuman ngingetin aja dek". Gala mengelus rambut kala dengan lembut
"Iya sekali ngomong aku inget loh bang dikira aku udah tua apa yaa yang suka pelupa". Sahutnya memanyunkan bibirnya gala hanya tersenyum
"Yaudah sana masuk"
"Oke, hati-hati abang". Kala segera turun dari dalam mobil, gala pun pergi meninggalkan rumah dan kala.
Selepas kepergian gala kala segera memasuki rumah yang dari kemarin yang tak ia singgahi. Rasanya ada perasaan rindu yang menyeruak ketika kakinya melangkahkan masuk kedalam rumah.
"Kangen banget sama rumah apalagi sama penghuni nya hehe". Senyumannya tak pernah hilang sebelum seseorang datang
"Kenapa gak sekalian aja gak usah pulang?". Kala bungkam ia pikir ia akan disambut karna kedatangannya, ternyata pikirannya salah. Lagi pula mana mau sang bunda menyambutnya?
"Pengennya sih gitu bun...". Lirihnya yang tak akan didengar oleh jihan
"Kirain saya kamu sekarat dan mati ternyata masa bisa berdiri disini". Kala hanya dapat menunduk menutupi wajahnya yang mungkin saat ini terlihat menyedihkan.
"Cihh...nyusahin aja. Kalau saya tau kamu lahir cuma jadi beban saya akan menggugurkan kamu waktu dikandungan saya, itu yang saya sesali sampai sekarang karna telah melahirkan kamu". Selepas mengucapkan itu jihan pergi meninggalkan kala dengan luka yang semakin menganga lebar tak tertahan.
Kenapa ada seseorang ibu yang bersikap sedemikian rupa pada anaknya? Apakah kehadiran kala hanya kesalahan? Tapi, kala tak meminta untuk dilahirkan. Lalu karna kehadirannya ini semua salah kala?
"Sakit banget bun...". Kala meremas kuat dadanya menahan sesak, bukan. Bukan karna sakit nya kambuh melainkan ada rasa sesak yang sulit dijelaskan disana.
"Ini sakit...tapi kenapa bunda tega?". Air matanya menetes namun segera ia usap dengan kasar.
Menghela nafas mencoba menetralkan rasa sesaknya, namun air matanya tetap mengalir tanpa bisa dicegah. Berulang kali menghapus nya namun tak kunjung berhenti, kala tak suka. Kenapa ia menjadi lemah seperti ini?
"Huhh~~ gapapa-gapapa tenang okei semuanya bakal baik-baik aja huft...gak boleh sedih harus kuat. Ayoo kala kamu kuat!!". Menampilkan senyumannya namun palsu, ia berusaha kuat meskipun harus mati-matian menahan sesak dihati dan dadanya sambil menggigit bibirnya agar tak keluar isakkannya dan berusaha kuat menahan air matanya.
Dengan langkah pelan kala meninggalkan tempat dimana ia berdiri dengan berusaha mengabaikan apa yang baru saja terjadi meskipun percuma.
•《><》•
"Maaf...". Tangis jihan pecah didalam kamarnya
Jika kalian berfikir jihan jahat itu memang tak salah. Tapi, jika kalian berfikir jihan tak punya hati itu mungkin salah. Karna pada dasarnya tak ada manusia yang jahat tanpa sebab, begitupun jihan. Ia terlihat jahat dengan memperlakukan kala sedemikian rupa, namun tak ada yang tau isi hati nya seperti apa?
Jihan tak sepenuhnya membenci kala, tak ada seorang ibu yang benar-benar membenci anaknya. Jihan akui bahwa sebesar apapun ia menyakiti kala anaknya itu ada perasaan sakit yang tak bisa dijelaskan. Seperti sekarang.
"Maaf...maafin bunda kala...". Isakkannya tertahan, bagaimana ia melihat kala menahan air matanya, bagaimana kala berusaha menutupi wajahnya dengan cara menunduk. Jihan tau anaknya terluka karnanya, karna perkataannya.
Nyatanya, jihan masih belum bisa melupakan masa lalunya. Jihan takut, takut kalau kala tak menerima maaf nya nanti.
Lucu bukan??
Setiap untaian kata yang keluar dari lisannya yang menyakitkan untuk orang yang dituju. Sejujurnya tak sepenuhnya ia mengingkan itu tapi ia harus melakukannya karna dengan begitu ia bisa meluapkan apa yang sudah terjadi dimasa lalunya.
Singkatnya, ada tempat untuknya mempelampiaskan semua yang terjadi pada anak tak berdosa seperti kala. Sungguh egois bukan?
Andaikan jihan tau bahwa kala akan menerima maaf darinya, akan kah jihan berubah? Tak ada yang tau bagaimana kehidupan kala selama ini tanpa adanya dukungan dari keluarganya termasuk ia sang bunda apakah jihan akan merasa bersalah dan menyesal?
~Sakala~
.
.
.
.
.
Yeayyyyy!! Makin ngawurr:(
Thanks for all yang masih mau baca book ini lopelope sekebon🙆
Sorry for typo🙏~《♡》《♡》~
|
■
|Jangan lupa tinggalkan jejak vote nya yaa mantemannn😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakala -[END]-
Short StoryHanya mengisahkan seorang anak yang bernama Sakala Cakra wirgantara. . . . Gak jago buat deskripsi yang penasaran langsung baca aja, murni dari pemikiran sendiri.