chapter 11

260 18 0
                                    

"bos! Musuh akan menyerang rumah anda. Mereka sedang menuju ke rumah anda. Kami dan yang lain akan segera sampai. Ada juga yang sudah berjaga di luar" ujur seorang pria setengah baya.

Zac menarik nafas dalam-dalamnya dan memejamkan matanya mencoba mengendalikan diri "baiklah. Siapakah perlengkapan untukku. Sebentar lagi aku akan turun" ujur zac.

"Baik bos!" Pria itu pergi meninggalkan zac. Zac menutup pintu kamarnya lalu menghampiri vanya yang sedang bercermin.

"Baby.. ee aku akan keluar sebentar. Nanti kamu jangan membuka pintu samapi aku yang membukanya. Kunci pintu dan jendela. Ada beberapa yang berjaga di balkon kamar. Ingat jangan keluar dan jangan buka pintu selain aku yang membukanya" jelas zac.

Vanya mengerutkan keningnya "hah! Emang kenapa?" Tanya vanya.

"Udah dengerin aja. Ini juga demi kebaikan kita. Kamu juga oke"

"Hm"

Zac memeluk tubuh mungil vanya lalu mengecup keningnya singkat. Setelah mengecup kening vanya zac pergi. Di saat yang bersamaan beberapa orang berpakaian hitam masuk dan berjaga di setiap sudut ruangan. Bahkan ada yang berjalan mondar mandir. Ini bukan bodyguard. Pakaiannya bukan seperti bodyguard. Memang serba hitam tapi ini bukan bodyguard. Tapi vanya tidak menghiraukannya. Ia kembali melihat ke arah cermin untuk menyelesaikan kegiatannya tadi.

Dorr

Dorr

Beberapa kali suara tembakan terdengar di indra pendengaran Vanya. Vanya mulai khawatir. Keringat bercucuran di kening dan pelipisnya.

Sepuluh menit, lima belas menit, dua puluh menit. Akhirnya pintu terbuka menampilkan zac dengan keadaan berantakan. Terlihat darah yang mengikuti jejak zac. Ujung bibir yang robek dan berdarah, Pelipis yang berdarah.

"ZAC!!" Teriak vanya lalu berlari menghampiri zac.

"Zac! Kamu ini kenapa!! Kenapa banyak darah yang mengikuti jejakmu?? Kenapa ada suara tembakan!! Zac!"

"Huh lupakan saja baby. Apa kamu baik baik saja? Apakah tadi ada yang memasuki kamar ini?" Tanya zac.

"Em tidak ada zac. Sekarang duduklah aku akan mengobati lukamu"

"Baiklah"

Zac Duduk di sofa dekat jendela lalu memberi isyarat kepada orang yang menjaga kamar ini untuk keluar. Semua pria yang menjaga kamar ini. Vanya mengambil kotak P3K. Lalu mulai mengobati luka zac.

"Udah selesai. Lain kali hati hati" cetus vanya.

"Iya"

"Hm","ee zac kapan aku bersekolah.. jika aku tidak bersekolah aku akan ketinggalan banyak materi zac"

"Besok kamu sudah mulai masuk sekolah. Aku sudah mendaftarkan kamu di sekolahan. Semuanya sudah siap. Seragammu sudah ada di lemari" jelas zac.

"Benarkah!"

"Yes baby"

Vanya memeluk zac  sangat erat menyalurkan rasa senangnya ini "aaa terimakasih zac" tanpa sadar vanya mengecup pipi zac.

Zac melebarkan matanya kala vanya mengecup pipinya. Pipinya sudah merah merona karena kelakuan Vanya. Apa apaan ini.. si zac luluh dengan seorang gadis sma? Hah tidak lucu. Bahkan teman temannya masih banyak yang cantik tapi kenapa harus vanya? Ya ampun zac.

***

"Baby cepatlah. Ini sudah terlambat. Ini pertama kamu masuk" ujur zac.

Hari pertama zac lah yang mengantar jemput vanya. Zac sudah siap lebih dulu dari pada vanya yang masih duduk di meja rias. Vanya memakai make up tipis. Ya karena memang sudah terbiasa. Vanya tidak suka make up tebal.

LAVANYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang