.
.
.Hari-hari Ghea pada awalnya diselimuti oleh berbagai kesibukan yang menyita banyak waktu dan tenaga. Selalu duduk di kursi empuk seraya membaca berbagai dokumen terkait usahanya dalam bidang mode, bukanlah hal yang asing untuk disaksikan. Dan betapa beruntungnya perempuan itu memiliki suami dan anak-anak yang pengertian, jarang protes ketika ratu rumah tersebut pulang larut. Namun Ghea sadar diri, sebagai seorang istri dan ibu, dia berusaha untuk membagi waktu untuk keluarga kecilnya.
Saat ini, ia akhirnya memiliki waktu yang lama bersama Ardian, Tata, dan El. Meskipun perempuan itu mengerti bahwa kini dia hanya terbujur tanpa mampu menenangkan anak keduanya yang sudah meronta dalam gendongan sang suami.
"Adek mau apa? Adek mau apa, Sayang?" Ardian tampak beberapa kali menghela napas ketika Tata berteriak dan menangis lagi.
"Mama ... Adek mau mama!"
"Tapi mama lagi bobo, Nak. Tuh, coba liat!"
"Mama bobo mulu. Adek gak suka. Adek mau ajak mama main. Papa, ayo bangunin mama!" rengeknya di sela-sela tangisan.
Ardian tak mendengarkan pinta anak perempuannya tersebut dan membawa Tata keluar dari ruangan. Ia membiarkan El tidur malam itu bersama Ghea, berdua saja. Sedangkan dia memilih untuk berkeliling rumah sakit bersama Tata agar sang putri letih dan berakhir terlelap dalam dekapan hangat, melupakan sejenak perihal ibunya yang masih memejam di dalam sana.
Hari ini, Aini diketahui telah meminta izin pada Ardian untuk datang terlambat, mengingat ia mengerjakan project kampus bersama teman-temannya. Gadis itu berjanji akan datang, meskipun mungkin akan larut malam. Ardian tak masalah dengan itu. Toh, tugas utama Aini memang belajar, bukan mengurus Tata maupun El.
Melihat Ardian dan Tata yang telah menghilang dari pandangan, Ghea yang semula tidur bersama El pun terbangun. Bukan raga, melainkan jiwa yang selama ini bergerak dengan bebasnya. Sebelum melangkah meninggalkan kamar, Ghea mencium kening putranya yang terlihat damai memeluk raga sang ibu.
Sret...
Ghea berhasil menutup pintu kamar. Namun sedetik kemudian, ia terlonjak tatkala menemukan asap hitam telah hadir di belakangnya. Wanita tersebut terkadang tak habis pikir. Sebab, asap hitam tersebut hanya berada di depan kamarnya saja, tidak pernah sekalipun ia melihatnya di depan kamar lain.
Perempuan berambut panjang itu pertama kali melihatnya sejak hari pertama ia masuk rumah sakit hingga hari ini. Meskipun Ghea telah mengusirnya, asap hitam itu tetap saja datang dan seolah mengajak Ghea berbicara. Tidak, dia tak mengeluarkan untaian kalimat seperti manusia pada umumnya. Tapi hati Ghea, seolah mampu menerjemahkan tiap gelombang yang memancar dari entitas asing tersebut.
"Aku masih menunggu sesuatu. Setelah itu, aku akan kembali," acap Ghea. "Aku tahu. Aku berusaha untuk ngelakuinnya secepat mungkin."
Setelah itu, asap hitam tersebut hilang dari pandangan Ghea membuat sang hawa seketika menundukkan pandangan dan bahunya jatuh, terasa sedikit menentramkan di sela-sela perasaan cemas yang bergelayut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable You [✓]
Fanfic[COMPLETED] "Setelah semua ini berakhir, aku nggak peduli kalo kamu mau ambil semuanya, termasuk anak-anak dan suamiku. Tapi, aku mohon. Untuk sekali ini saja, tolong aku! Cuma kamu yang bisa ngelakuin itu semua." Pernyataan mendadak dari Ghea memb...