.
.
."Ayo, Sayang," ajak Ghea pada Tata yang masih berkutat pada mainannya di depan tv. Mendengar panggilan sang ibunda, Tata kemudian melempar boneka dan berjalan cepat untuk meraih tangan Ghea.
Siang itu mereka dijadwalkan akan menghadiri acara sekolah El, sebuah pentas seni peran sebagai bagian dari kegiatan akhir para siswa sebelum menginjak bangku sekolah dasar.
Ghea dan Tata dijemput oleh Rafli, sementara Ardian telah berada di lokasi untuk memantau persiapan anak pertamanya itu. Ardian sempat mengatakan pada Ghea bahwa dia rela menginap di kantor dan mengerjakan semua tugas agar ia memiliki banyak waktu untuk hari spesial El ini. Mengingat perkataan sang suami tersebut, sepanjang jalan Ghea tanpa henti melebarkan senyum.
"Abis dari sekolah kakak, kita makan es krim, yuk, Mama?" Perkataan Tata membuat lamunan Ghea terpecah.
"Makan es krim? Mau es krim apa, Nak?"
"Yang itu, lho, Mama ... yang kita liat di tv tadi. Yang ada mangkuknya."
"Oalahhh, iya Sayang."
Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya dua perempuan itu tiba di parkiran sekolah.
Ditilik dari luar, sekolah Zervad ini memang terlihat sangat besar dengan dinding tinggi yang menghalangi pandangan ke luar. Jika Ghea tak salah ingat, sekolah ini memiliki beberapa jenjang mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama dengan luas wilayah hampir tujuh hektar. Alat penunjang pembelajaran yang lengkap dan guru-guru kompeten di bidangnya membuat Ardian dan Ghea memang tidak ragu untuk menyekolahkan El di sini, meskipun harus merogoh biaya yang tak sedikit.
"Tempatnya di mana, sih, Mama? Kok nggak nyampe-nyampe dari tadi? Adek kepanasan!" keluh Tata sembari berjalan dengan memegang erat tangan Ghea.
"Bentar lagi, Nak. Di depan sana yang rame-rame itu ruangan kakak," tunjuknya pada gedung besar bercat putih yang mulai ramai pengunjung yang didominasi oleh para orang tua siswa.
Mendengar perkataan sang ibu, Tata hanya terdiam.
Setelah mengantri selama dua menit dan melakukan registrasi, Ghea kemudian masuk ke dalam gedung yang remang-remang dengan cahaya utama berfokus pada panggung yang di tata menyerupai istana. Dari tempat Ghea berdiri, ia dapat melihat deretan kursi yang mulai ramai diisi oleh para tamu.
Puan itu kemudian merogoh saku tas untuk mengambil ponsel dan menghubungi Ardian, bermaksud menanyakan keberadaannya.
Drt... Drt...
Belum sempat Ghea menekan nomor sang suami, ternyata Ardian telah menelponnya lebih dahulu.
"Iya, Sayang?"
"Mama udah sampe belom?"
"Udah, nih, baru mau nyari tempat duduk."
"Bisa ke belakang dulu nggak, Ma? Ke tempat anak-anak lagi siap-siap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable You [✓]
Fanfic[COMPLETED] "Setelah semua ini berakhir, aku nggak peduli kalo kamu mau ambil semuanya, termasuk anak-anak dan suamiku. Tapi, aku mohon. Untuk sekali ini saja, tolong aku! Cuma kamu yang bisa ngelakuin itu semua." Pernyataan mendadak dari Ghea memb...