.
.
.
Dua hari berlalu sejak Ghea menemukan nama lain yang akhirnya bersarang di kepala. Sejak itu pula ia memilih untuk tetap diam, tak bertanya pada siapapun, meskipun ia merasa bahwa bertanya pada Hazel akan jauh lebih baik. Sayangnya, ia menghancurkan pikiran tersebut dan menelan bulat-bulat sendiri.Pagi itu setelah mengantar El ke sekolah, Ghea dan Ardian bergegas menuju The Royal Guards, sebuah tempat Golf and Resort terkenal di kota. Ardian dijadwalkan bermain golf dengan rekan-rekan kerjanya sesama pemilik dan petinggi perusahaan-perusahaan.
Ya, Ardian tidak ingin pergi seorang diri. Ia ingin Ghea ikut dengannya, meskipun hanya melihat laki-laki itu beraktivitas dari kejauhan.
Tidak, Ghea tidaklah bodoh untuk menghabiskan waktu berjam-jam menunggu sang suami tanpa melakukan apapun. Perempuan itu meminta izin pada Ardian untuk melakukan spa selama suaminya pergi. Selain itu, rekan-rekan Ardian ternyata juga akan ditemani oleh istri-istri mereka saat makan siang nanti. Tentu saja Ghea tidak ingin melewatkan kesempatan untuk tampil segar dan memukau.
Ghea telah paham tentang ibu-ibu sosialita, sebuah lingkaran yang dulunya enggan ia sambangi. Entahlah, Ghea dulu merasa tak pernah nyaman berada di antara ibu-ibu. Namun untuk sekarang ini, ia merasa bahwa mereka menjadi teman yang menyenangkan.
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk memperindah diri, Ghea kemudian melangkah percaya diri memasuki sebuah tempat makan terbuka yang menghadap langsung ke arah lapangan golf. Dari kejauhan, Ghea dapat melihat sang suami yang tertawa lebar dengan rekan-rekannya seraya memegang tongkat golf dan sesekali menunjuk ke arah danau.
Langkah Ghea semakin mantap ketika seluruh tatapan malu-malu baik dari pengunjung, pegawai, dan ibu-ibu kaum jet set terpaku pada pesonanya. Tak sedikit dari mereka tersenyum pada Ghea yang tampil menggunakan gaun navy sebetis motif bunga-bunga, berbelahan dada rendah tanpa lengan, punggung terbuka, serta tali leher. Jangan lupakan bagaimana perempuan itu menggelung rambut asal hingga memperlihatkan belakang leher yang seksi, riasan natural, serta tas dan stileto berwarna pastel yang menyatu dengan warna kulit.
Ghea menarik tempat duduk di antara Alana dan Tris, lalu menyapa seluruh ibu-ibu yang berjumlah sekitar delapan orang itu dengan ramah.
"Duh, Ibu Ghea makin hari semakin cetar membahana ya," ungkap Tris seraya menepuk ringan bahu Ghea.
"Makasih banyak pujiannya, Bu. Ibu Tris juga nambah cantik. Pasti perawatannya nggak main-main, nih?" puji balik Ghea.
Damara tiba-tiba menyela, "Gimana nggak tambah cantik, suaminya aja baru tembus proyek baru. Pasti dapat cipratan, kan, Bu?"
"Yaaa biasalah kalo itu, mah," Tris berucap santai sambil melambaikan tangan satu kali, "suami ibu-ibu juga kalo tembus pasti dapet, kan? Ya sama aja kita."
"Trus, dapat apa, Bu?" Nining masih penasaran nampaknya.
"Nggak mahal lah."
"Kayaknya dapet tas baru? Perhiasan baru?" tebak Ghea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable You [✓]
Fanfic[COMPLETED] "Setelah semua ini berakhir, aku nggak peduli kalo kamu mau ambil semuanya, termasuk anak-anak dan suamiku. Tapi, aku mohon. Untuk sekali ini saja, tolong aku! Cuma kamu yang bisa ngelakuin itu semua." Pernyataan mendadak dari Ghea memb...