.
.
.
"Paaa, ya, Pa? Boleh ya?" Ghea memohon pada Ardian dan mengikuti pria berambut hitam tersebut keluar-masuk ruang pakaian pagi itu."Apalagi, sih, Ma?" acap Ardian dengan gemas, kini telah berdiri di depan cermin satu tubuh dan mulai mengancing kemeja berwarna putih secara perlahan. "Kan, Papa bilang kemarin suruh orangnya aja yang ke rumah. Mama juga biasanya gitu, kok."
"Pilihannya pasti dikit kalo mereka yang ke sini. Mending Mama langsung pilih di butiknya aja, sama sekalian beliin Papa untuk besok juga. Ya, Pa?"
"Punya Papa udah banyak. Lagian, Papa takut Mama kecapean kayak kemarin lagi kalo keluar rumah. Mama baru sembuh, lho. Kalo Mama pingsan, trus siapa yang nemenin Papa besok ke acara?"
"Ih, Papa do'anya jelek banget. Masa do'ain Mama pingsan lagi."
"Seandainya ...."
"Omongan adalah do'a, Papaaa."
Ardian hanya mengatupkan rahang selama beberapa detik, lalu meraih jas yang berada di lengan Ghea. Sang istri membantu merapikan beberapa detil dengan cekatan. Tak lupa pula Ghea memasangkan dasi yang sudah Ardian pilih sebelumnya.
"Di Primrose emang nggak ada ya?" tanya sang adam.
"Ya nggak ada, dong. Kan di sana isinya wedding dress semua."
Setelah pakaian Ardian telah rapi dan sebelum kaki jenjang itu berayun keluar dari ruangan, Ghea dengan cepat memeluk Ardian dengan erat. Melihat perilaku Ghea, Ardian membalas pelukan sang hawa seraya mengulum senyum.
Ghea kemudian mendongak. "Ya, Pa?"
"Oalah, meluk Papa ternyata ada maunya."
"Mama nggak akan lepasin sampe Papa ngizinin Mama buat keluar. Biarin aja Papa telat ngantor."
"Mama jangan manja kayak Tata, dong. Perhatiin juga kesehatan diri sendiri. Inget nggak kata kakak El kemarin?"
"Beneran cuma sebentar, kok, Pa. Lagian Mama cuma ke butiknya abis itu pulang, nggak ke mana-mana lagi. Di sana juga kan tempatnya nyaman."
Ardian hanya menatap manik Ghea seraya mengembuskan napas perlahan.
Cup...
Ghea mengecup bibir Ardian ringan sebanyak tiga kali yang sontak membuat sang adam menyunggingkan senyum manis.
"Kurang ah," protes Ardian di sela-sela tarikan sudut bibir.
"Yahhh." Ghea mendesah kecewa.
Segera laki-laki itu meraih belakang leher Ghea dan memegang dagu sang hawa untuk menaikkan sedikit kepala menuju ke arahnya. Dengan sigap, sang istri mempersilakan Ardian menjelajahi bibir ranum tersebut dengan memejam. Nampaknya, ini adalah morning kiss dengan durasi terpanjang mereka sejak Ghea terbangun di rumah besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable You [✓]
Fanfiction[COMPLETED] "Setelah semua ini berakhir, aku nggak peduli kalo kamu mau ambil semuanya, termasuk anak-anak dan suamiku. Tapi, aku mohon. Untuk sekali ini saja, tolong aku! Cuma kamu yang bisa ngelakuin itu semua." Pernyataan mendadak dari Ghea memb...