⚠️ Chapter ini memuat konten dewasa (sensual) yang tidak disarankan untuk pembaca di bawah umur.
Jika teman-teman merasa tidak nyaman, silakan skip chapter ini 😊.
.
..
.
."Sayang? Kamu ada di kamar?" panggil Ardian.
"Mamaaa, Adek pulanggg." Suara cempreng Tata menimpali.
Sayup-sayup suara mereka terdengar dari luar ruangan membuat Ghea terkesiap. Entah sudah berapa lama ia berada di ruangan perlengkapan, mencari-cari dokumen perpisahan Ghea dan Ardian yang mungkin saja memang tak pernah ada wujudnya.
Atau ... dokumen itu diletakkan di ruangan lain?
"Ma, kok berantakan, sih?" tanya El yang langsung masuk dengan masih mengenakan pakaian sekolah berwarna putih dan biru tua. Ia berdiri tepat di samping Ghea dengan tangannya berada di bahu sang ibunda.
Ardian baru saja kembali setelah menghadiri rapat penting di kantor yang tak bisa ia tinggalkan, sekali jalan menjemput El di sekolah dan Tata di rumah orang tuanya. Sang adam diketahui memang tidak ingin berlama-lama di kantor karena ingin merawat Ghea di rumah. Jujur, Ardian masih sedikit takut meninggalkan sang istri tanpa penjagaannya, walau hanya dalam waktu singkat. Hal ini ia tuturkan saat ia menelpon Bi Sum. Asisten rumah tangga itu sempat menyinggung perihal ini saat berada di dapur tadi.
Ardian tampil memikat di mata sang hawa dengan mengenakan celana hitam dan kemeja putih yang satu kancing di bagian atas terbuka dan lengan digulung, meskipun Ghea tahu bahwa penampilan suaminya sekarang tidak rapi, mungkin tak seperti tadi pagi.
"Eh, udah pada balik ya?" Ghea menoleh ke arah pintu.
Tata dan Ardian kemudian mengikuti langkah El, lalu duduk bersila di depan Ghea sembari merapikan kertas-kertas yang berhamburan.
"Kamu ngapain, Sayang?" tanya Ardian lembut, "kok semuanya diberantakin? Nyari apaan?"
Ghea menggeleng cepat. "Nggak, kok, Mas. Aku cuma iseng baca-baca aja. Siapa tau ada sesuatu yang bisa bikin aku ingat, apa kek gitu."
Ardian menurunkan setumpuk lembaran yang berada di tangannya ke lantai, lalu tersenyum pada Ghea seraya mengulurkan tangan untuk membelai pipi gempal sang istri. "Pasti rasanya aneh ya nggak ingat apa-apa? Pelan-pelan ya, Sayang. Aku yakin suatu saat nanti kamu pasti bakalan ingat semuanya."
Sang puan menatap bola mata hitam Ardian sembari memamerkan kedua sudut bibir terangkat yang tidak kalah menawannya. Ia mengangguk, lalu berucap, "Iya, Mas."
Rasanya tak salah jika Bi Sum mengatakan bahwa Ardian adalah salah satu pria paling sabar. Perempuan itu ingat, ketika dirinya berada di tubuh Kiana, ia pernah melakukan hal yang sama seperti saat ini di apartemen pribadinya. Tak butuh waktu lama, Valdy pun datang dan langsung memarahi Kiana. Aneh memang jika langsung men-judge begitu saja dan membandingkan dua pria tersebut, di saat ia baru mengenal Ardian dan telah menghabiskan banyak waktu bersama Valdy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable You [✓]
Fanfiction[COMPLETED] "Setelah semua ini berakhir, aku nggak peduli kalo kamu mau ambil semuanya, termasuk anak-anak dan suamiku. Tapi, aku mohon. Untuk sekali ini saja, tolong aku! Cuma kamu yang bisa ngelakuin itu semua." Pernyataan mendadak dari Ghea memb...