.
.
.Dua minggu setelah kembali dari taman bunga, Ardian dan Ghea tampak sangat bahagia. Begitu pula anak-anak mereka. Akan tetapi, semakin hari kondisi Ghea juga semakin buruk. Semula hanya bagian kaki yang melemah, tapi sekarang kedua tungkai itu telah lumpuh total. Tangannya juga mulai memperlihatkan perbedaan hingga Ghea tak mampu lagi mengangkatnya tinggi-tinggi.
Ghea sadar sepenuhnya akan keadaannya ini, tapi ia sama sekali tak pernah mengeluh. Puan itu terus memperlihatkan senyum pada semua orang karena dirinya tahu bahwa sebentar lagi pemilik asli tubuh ini akan kembali. Begitu pula dirinya akan kembali ke tubuh Kiana.
Semuanya ... selesai!
Hari ini, Ardian memiliki jadwal untuk menonton konser jaz internasional di sebuah lapangan terbuka di pinggiran kota dengan panggung yang luar biasa megah.
Laki-laki itu memperoleh dua tiket dari Abi yang pontang-panting mencari. Padahal Ardian memiliki banyak koneksi di konser tersebut agar masuk dengan mudah. Namun, Abi sudah terlebih dulu menawarkan diri dengan semangat untuk mencarikan tiket ketika menjenguk Ghea di rumah beberapa hari yang lalu.
"Papa, ini rame banget," ujar Ghea dengan senyum sumringah ketika dirinya dan Ardian telah berhasil menukarkan tiket dengan dua wristband berwarna emas.
Sebab Ghea termasuk penonton yang butuh perhatian khusus, ia bersama sang suami dipisahkan dari para penonton lainnya dan melewati jalur yang jauh dari keramaian.
Ardian memilih tempat yang memang sangat jauh di belakang sana, hingga penyanyi dan pemain musik di atas panggung terlihat seperti miniatur karakter anime kesukaan El. Memang benar bahwa lapangan ini sangat luas, hingga beberapa penonton yang tak ingin bergabung dengan khalayak ramai dapat menjauh dan diberikan kain persegi panjang sebagai alas duduk.
Ya, panitia tidak menyiapkan tempat duduk. Jika ada penonton yang ingin melihat pertunjukan lebih jelas, maka mereka dapat maju dan berdiri bersama lainnya.
Konser sendiri dimulai pukul lima sore, tetapi Ardian dan Ghea tiba satu jam setelahnya. Alasannya tentu saja karena macet dan Tata yang sempat rewel tak ingin ditinggalkan. Setelah anak itu terlelap, barulah pasangan itu meninggalkan rumah dan menitipkan Si Bungsu pada Bi Sum seperti biasa.
Ardian mencari tempat yang lebih rindang dan tidak banyak orang di kanan-kiri mereka. Kalaupun memang ada, jarak mereka semua bahkan lebih dari enam meter. Lapangan berumput hijau itu juga tidak terlalu gelap karena terdapat lampu sorot di beberapa titik, meskipun mereka tak terlalu mendapatkan cahayanya.
"Ah, saya bantu ya, Pak, Bu," ucap seorang perempuan muda yang jalan bersama pasangannya. Mereka membantu Ghea untuk turun dari kursi roda dan mendudukkan di kain panjang tersebut. Sementara Ardian memegang kaki Ghea yang sudah menjulur.
"Terima kasih banyak ya, Dek," tutur Ardian dan Ghea bergantian.
"Sama-sama. Mari, Bu, Pak ...."
Setelah kedua pasangan muda itu menjauh, Ardian langsung duduk di samping Ghea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable You [✓]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] "Setelah semua ini berakhir, aku nggak peduli kalo kamu mau ambil semuanya, termasuk anak-anak dan suamiku. Tapi, aku mohon. Untuk sekali ini saja, tolong aku! Cuma kamu yang bisa ngelakuin itu semua." Pernyataan mendadak dari Ghea memb...