.
.
.Puan itu ingat, semalam ia dan sang suami singgah di restoran seafood sebelum akhirnya bertolak menuju rumah. Setelahnya mereka membersihkan diri lantas terlelap dalam satu ranjang, mendekap satu sama lain dengan erat. Nyatanya, itulah hal terakhir yang ia rasakan.
Remang-remang lampu kamar membuatnya mengerjap beberapa kali. Ia lantas bangkit, namun ia masih belum menyadari apapun ketika menemukan tubuhnya telah terbaring di sofa kamar dekat jendela. Untuk sejenak, ia memosisikan diri dengan duduk tegap. Kedua tangan ke belakang menopang tubuh, sementara kepalanya menunduk dalam. Bahu itu terangkat kuat-kuat, sekali tarikan dengan menguap lebar.
Saat sang hawa mengangkat wajah dan memandang lurus dengan sorot mata sayu, dirinya kembali mengerjap berulang kali. Lantas puan tersebut membelalak lebar tatkala menemukan sosok wanita anggun dengan gaun tidur sepanjang mata kaki yang terbuat dari satin.
"Mbak Ghea?!" pekik puan tersebut.
Ya, wanita itu adalah Ghea yang berdiri di samping tempat tidur. Tepat di mana dia membaringkan diri sebelumnya.
Setelah yakin bahwa sosok yang ia lihat adalah Ghea, perempuan itu sontak bangkit dan berlari menuju cermin. Seharusnya memang tak akan terlihat, tetapi Ghea dengan kemampuannya membuat bayang sang hawa tercipta dalam kaca muka tersebut.
Kiana Ivanka Hadi telah keluar dari tubuh Ghea Aurellia!
Seketika Kiana yang mengenakan pakaian putih polos panjang yang menjulur hingga lutut itu memalingkan tubuh ke arah Ghea. Senyumnya melebar seiring langkahnya yang semakin dekat dengan sang empunya rumah.
"Mbak, Mbak udah balik? Ini beneran Mbak Ghea, kan?" tanya Kiana seraya memegang kedua bahu lawan bicaranya.
"Iya, ini aku." Ghea menjawab halus dengan senyum yang berseri-seri.
"Berarti semuanya udah selesai, dong, Mbak?"
"Iya ... terima kasih ya, Kiana."
"Ah, Mbak nggak usah terima kasih. Santai aja lagi. Kalo begitu, aku pamit kembali ke rumah sakit—"
"Ehhh," Ghea dengan cepat meraih lengan Kiana, "kamu udah mau ke rumah sakit? Sekarang?"
"Ya iyalah. Emangnya aku harus ngapain lagi? Kan semuanya udah kelar."
"Ini baru jam lima pagi—"
Kiana terkekeh. "Mau jam lima kek, jam sepuluh kek, jam tujuh kek, kalo udah kelar ya langsung balik. Mbak mau aku gimana lagi?"
"Aku pengen kamu nemenin aku, nemenin aku sampe pekerjaan pagi ini kelar. Mau ya? Please ...."
Andai saja Ghea tidak menampakkan raut memelas, Kiana sudah pasti menolak mentah-mentah. Jika boleh jujur, ada sedikit rasa enggan dan sakit ketika mungkin saja beberapa jam ke depan ia akan melihat kemesraan Ghea dan Ardian serta keseruan mereka bersama anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable You [✓]
Fanfic[COMPLETED] "Setelah semua ini berakhir, aku nggak peduli kalo kamu mau ambil semuanya, termasuk anak-anak dan suamiku. Tapi, aku mohon. Untuk sekali ini saja, tolong aku! Cuma kamu yang bisa ngelakuin itu semua." Pernyataan mendadak dari Ghea memb...