.
.
."Gue harus cepet-cepet ke apartemen!" ucap sang hawa meninggalkan Laras, Rara, Ghea, dan Hazel dalam keheningan nyata.
Kakinya berayun cepat keluar dari rumah sakit menuju pintu utama. Tak perlu lama menunggu, sebab sudah banyak taksi yang mengantri di sana untuk mengantar penumpang. Dengan langkah seribu, Ghea masuk ke dalam taksi dan sesekali menepuk bahu sang supir untuk melajukam kendaraan lebih cepat.
Persetan. Ghea tak peduli lagi dengan kendaraan lain di luar sana yang mencemooh pelan hingga melontarkan kata-kata kasar ketika sang supir menyalip dengan kecepatan penuh. Jika boleh jujur, Ghea juga sebenarnya masih memiliki ketakutan akan kecepatan kendaraan, mengingat mobilnya pernah mengalami insiden kecelakaan hingga ia koma. Akan tetapi, ia tidak peduli. Ia hanya terus menerus memikirkan seluruh aktiva yang berada di apartemen.
Ghea ingat bahwa seluruh aset itu ia simpan di brankas dalam ruang pakaian. Yang tahu passwordnya adalah dirinya sendiri dan April. Sebenarnya, Ghea yakin jika itu tak mungkin ke mana-mana. Sebab, ia tahu bahwa April tidak mungkin menyeleweng dari tugas.
Akan tetapi, perempuan itu juga tidak dapat membohongi hati sejak mengetahui bahwa April menggunakan mobil hingga barang-barang kesayangannya. Bukankah itu menjadi bukti bahwa semua kemungkinan terburuk bisa saja terjadi?
Sialan. Perkataan Hazel benar-benar membuatnya kalang kabut sekarang!
Sepasang kaki itu akhirnya tiba di apartemen, lalu melangkah masuk menuju unit miliknya dengan tergesa-gesa.
Setelah pintu terbuka lebar, Ghea tidak lagi memedulikan sosok yang ternyata telah menyadari kedatangan perempuan itu lewat balkon. Ya, siapa lagi jika bukan Valdy.
Langkah Ghea membuka pintu utama, lalu melewati ruangan tengah dan masuk dalam kamar menyita atensi dari laki-laki yang sudah menanggalkan jas di sofa ruang televisi, kemudian mengikuti derap Ghea menuju kamar dengan perlahan dan tanpa suara.
"Lo nyari apa?" tanya Valdy sesaat setelah ia melihat Ghea membuka kamar dan brankas berukuran setinggi lutut orang dewasa. "Ngapain lo buka-buka punya Kiana?"
Gerakan Ghea sontak terhenti. Dari belakang, Valdy dapat melihat bahu milik sang hawa yang naik turun dengan cepat, seolah ia baru saja mengakhiri olahraga yang menguras tenaga.
Puan itu sempat bergeming sebentar, hingga akhirnya ia memutar tubuh untuk menatap Valdy dengan nanar, napas yang seakan-akan berlomba, tangan terkepal, dan rahang tegas nan tajam.
"Kasih tau gue siapa yang ngelakuin semua ini?!" pekik Ghea yang membuat mulut Valdy seketika terbuka lebar.
"Gue nggak paham."
Perempuan itu kemudian menyerongkan tubuh, mempersilakan netra sang adam menelisik lebih jauh pada brankas di dalam sana. Betapa terkejutnya Valdy karena brankas itu benar-benar kosong tak bersisa apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable You [✓]
Fanfiction[COMPLETED] "Setelah semua ini berakhir, aku nggak peduli kalo kamu mau ambil semuanya, termasuk anak-anak dan suamiku. Tapi, aku mohon. Untuk sekali ini saja, tolong aku! Cuma kamu yang bisa ngelakuin itu semua." Pernyataan mendadak dari Ghea memb...