.
.
.Ada rasa mengganjal dan aneh ketika harus memaksakan diri menerima sesuatu yang bukan seharusnya. Pura-pura menjadikan hak milik, di saat kita tahu bahwa orang lain jauh lebih berhak akan hal tersebut.
Dan itu adalah perasaan sang puan sekarang.
Ghea menyingkap selimut berwarna biru tua, lalu berjalan tertatih keluar kamar pagi itu dengan perasaan tak menentu. Seluruh ingatannya tentang diri Kiana kini telah kembali, sehingga ia memutuskan untuk pulang setelah dua hari terbangun dari tidurnya di rumah sakit.
Perempuan berambut gelap itu kemudian melangkahkan kaki menuju ruang keluarga, ruang yang pertama kali ia temui sesaat setelah membuka pintu kamar. Ghea kemudian mendudukkan diri di karpet bulu tepat di depan televisi, lalu menoleh ke arah kanan yang memperlihatkan banyak foto-foto Ardian, Tata, El, dan Ghea. Seluruh bingkai foto berukuran kecil hingga sedang hanya terisi tiga anggota keluarga saja. Seperti bingkai pertama ketika Ardian, Tata, dan El sedang berlibur di suatu tempat. Namun, pada bingkai lain akan ditemui Ghea dan kedua anaknya sedang bermain di taman. Rasanya foto keluarga ini tak pernah lengkap, kecuali yang terpajang di dinding di belakang sofa dan berukuran besar.
Ah, mungkin saja Mbak Ghea dan Mas Ardian gantian gitu ambil gambarnya. Tapi kan ya bisa manggil orang buat bantuin. Gak harus satu satu begini. Jadi nggak lengkap, deh, batin Ghea.
Tangan perempuan tersebut bergerak menuju laci-laci kecil di samping televisi, mengambil beberapa album yang tersimpan rapi beragam ukuran di sana. Ghea membuka halaman demi halaman dengan perlahan, hingga ekspresi datar yang semula ia tampilkan seketika berubah menjadi cerah ketika melihat banyak kenangan yang diabadikan dalam bentuk gambar.
Jemari Ghea tertahan untuk membuka halaman selanjutnya saat dua foto beda tahun tampak diatur berdampingan, mendadak menarik atensinya. Foto itu menampilkan Ghea sedang berada di rumah sakit seraya menggendong bayi yang masih merah. Tak perlu ditanyakan lagi bahwa foto yang di sebelah kanan adalah gambar Ghea setelah melahirkan El. Sedangkan di sebelah kiri adalah Tata. Wajah perempuan di foto itu terlihat lelah, tetapi memancarkan kebahagiaan yang tiada tara. Begitu pula pada sang ayah yang berada di samping mereka.
Ting...
Sret...Suara sistem keamanan yang dipasang di pintu pun terdengar. Sempat hening beberapa saat, hingga akhirnya sesosok perempuan berusia mungkin sekitar 40-an tahun, sedikit beruban, dan tampak keriput di beberapa titik wajah pun muncul di depan Ghea. Senyumnya meneduhkan dan terlihat tenang membuat Ghea langsung mengangkat kedua sudut bibirnya.
"Ibu sudah pulang?" sapanya sembari melangkah ringan menuju Ghea.
Ghea ingin berdiri untuk menyapanya kembali. Sayang, ia merasa kakinya sedikit bergetar dan cepat lelah. Melihat itu, perempuan tersebut melangkah untuk meraih dan memapah Ghea ke arah sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable You [✓]
Fanfic[COMPLETED] "Setelah semua ini berakhir, aku nggak peduli kalo kamu mau ambil semuanya, termasuk anak-anak dan suamiku. Tapi, aku mohon. Untuk sekali ini saja, tolong aku! Cuma kamu yang bisa ngelakuin itu semua." Pernyataan mendadak dari Ghea memb...