Budayakan VOTE dan
COMMENT!
.
.
AKU BUKAN DIA!
.
.Happy Reading~
.
.
Serangan tiba-tiba muncul tanpa sempat Rivan menangkisnya. Alhasil, ia pun terjatuh ke tanah dengan kondisi Raka yang tak kalah kaget. Ia baru saja hendak membuka mulut ketika tendangan itu mengenai tubuh Rivan.
"Apa-apaan..?"
Raka panik namun melihat pelakunya adalah Kaffa, raut wajahnya langsung berubah senang. "Kaffa!"
"Jangan kau berani menyentuhnya dengan tangan kotormu." Mata Raka berbinar. Kaffa muncul seperti superhero dan mengucapkan kata-kata yang menyentuh hatinya, membuatnya menatap temannya dengan kagum. Terus dia berlari ke belakang Kaffa.
Kalila:Baiklah saatnya untuk pov aku, author!Sudah 2 chapter sejak aku diabaikan!
Ara:Ehehe baiklah.
KALILA POV
Akhirnya, setelah mendapatkan peran dalam ceritaku sendiri, aku mengulurkan tanganku untuk melindungi wanita malang itu dari si mesum Rivan. Aku berjalan tanpa tujuan ketika kulihat Rivan memaksa wanita itu.
Sebagai sesama ehem wanita, aku merasa geram. Diperlakukan tidak adil dan dilecehkan membuatku tidak bisa menerimanya. Aku langsung menyerang Rivan tanpa peduli tindakanku dapat mengundang Afgar datang ke sini.
"Sialan kau, Rivan! Apa yang kau coba lakukan padanya?" Aku menyerangnya dengan pertanyaan. Rivan yang baru saja berdiri, menepuk-nepuk celananya yang kotor dengan kasar.
"Tentu saja membawanya pergi bersamaku. Huh... kau di sini. Sepertinya aku tidak perlu repot-repot mencarimu lagi. Aku mendapatkan keduanya meskipun harganya cukup menyakitkan." Ia mengusap lengan kirinya yang telah ditendang sebelumnya.
"Apa yang kau bicarakan, setan. Aku tidak akan pergi bersamamu termasuk dia! Aku tidak menyangka kalian semua akan segila ini."
"Kalian yang memulainya lebih dulu. Kalau saja kalian tidak lari, aku mungkin tidak akan senekad ini."
"Jangan bicara seolah-olah yang salah di sini adalah kami! Temanmu yang bodoh itu yang terlalu obses padaku." Oke, sudah waktunya aku mengakui semuanya. Aku lelah, dikejar-kejar terus-menerus bukanlah hal yang menyenangkan.
"Kau tampaknya tidak mengerti apa-apa, ya? Kalau kau memang tidak menyukai Afgar, seharusnya kau tidak melarikan diri. Bersikaplah seperti pria sejati... daripada melarikan diri seperti pengecut."
"KAU- "
"Kenapa, tidak terima?Sudah terlambat. Kalian berdua ikut aku sekarang. Aku tidak main-main lagi. Kalau kalian melawan, aku tidak akan ragu untuk membawa kalian pergi dengan paksa." Rivan mencoba memegang lenganku tetapi aku melangkah mundur lebih dulu.
"Heh, kau benar-benar tidak tahu malu, ya." Raka yang ada di belakang hanya terdiam.
Sudut bibir Rivan terangkat, "Beruntung sekali kau, aku masih punya rasa simpati. Kalau tidak, aku sudah melakukan hal yang lebih buruk dari ini sejak lama."
"Tch, lihat wajahmu saja, aku sudah tahu kau orangnya seperti apa, tidak perlu membohongiku."
"HAHAHA...Kau nampaknya mengenalku dengan baik."
Aku melihat Rivan cuba mengeluarkan ponselnya. Jelas aku mengerti apa yang akan dia lakukan, aku mencoba merebut ponselnya, tetapi dia terlalu tinggi.
"Kau!! Apa yang kau lakukan! Kau ingin menelepon Afgar, kan?! Berikan padaku!" Seperti yang kuduga, dia pasti akan memberi tahu Afgar lokasiku.
ANDA SEDANG MEMBACA
𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)
Humor1 CERITA, 5 ENDING *** "Itu dia! Kejar!" "Berhentilah mengejarku, brengsek!" Pada awalnya Kalila bermaksud menggantikan saudara kembarnya untuk menolak cinta seorang pria yang terobsesi dengan adik laki-lakinya, Kaffa. Kalila berpikir tidak akan ses...
