8:Cukup dengan menjauh dariku

12 3 0
                                        

Budayakan VOTE dan
COMMENT!

.

.

AKU BUKAN DIA!

.

.Happy Reading~

.

.

Saat ini aku berada di ruang kesehatan. Afgar membawaku ke sini sambil membantu mengobati luka Raka. Luka yang diterima Raka tidak terlalu serius, hanya meninggalkan memar di perutnya. Aku juga membantu Afgar mengobati luka Raka.

Setelah mengobati luka Raka, aku mendekatinya. Aku menatap wajah tenang Raka. Afgar telah memberinya obat penenang sebelumnya sehingga dia sekarang tertidur lelap.

Aku tersenyum lembut sambil memegang tangan Raka, merasa berterima kasih padanya karena telah bersedia terluka demi aku. Ini pertama kalinya aku merasa begitu iri kepada adikku sendiri karena mempunyai teman sebaik Raka.

"Biarkan dia istirahat, memar di perutnya belum akan hilang untuk saat ini." Ucap Afgar lalu tiba-tiba menarik tanganku untuk mengikutinya.

Aku sedikit tersentak namun kubiarkan saja dia menarikku ke ranjang sebelah. Dia mendudukkanku di sana sementara Afgar menarik kursi dan duduk di hadapanku. Posisi ini mengingatkanku pada apa yang terjadi kemarin.

"Begitu juga denganmu."

Aku mengernyit bingung mendengar perkataan Afgar. Apa maksudnya?

Melihat aku hanya terdiam, Afgar tanpa membuang waktu langsung menarik leherku. Hal itu tentu saja langsung membuatku panik, wajah Afgar kembali berada dekat denganku dengan matanya menatap lurus ke leherku.

Aku yang masih belum mengerti situasi, mencoba melawan, "Apa yang kau lakukan! Jangan sentuh aku."

Aku menepis tangan Afgar menjauh sebelum menyentuh leherku dengan pelan karena sebelumnya aku merasa merinding saat tangannya menyentuh kulitku.

"Lehermu terluka." Afgar menunjuk memar di leherku dan sesaat aku teringat bahwa aku baru saja dicekik.

"Jika dibiarkan, lama-kelamaan akan bertambah memar. Aku tidak ingin melihat kulitmu tergores sedikit pun." Dengan hati-hati ia mengoleskan obatnya, kali ini aku tidak lagi melawan atau menahannya.

"Lain kali jangan terlalu sering membahayakan dirimu sendiri. Aku tidak selalu ada di sisimu untuk membantumu, jadi jangan membuatku khawatir lagi." Kata Afgar tanpa menatapku. Dia masih sibuk mengoleskan obat itu di leherku.

Aku memalingkan wajahku. "Berhenti mengkhawatirkan aku, Afgar. Kita tidak ada hubungan apa pun dan aku bahkan tidak meminta bantuanmu."

"Jadi kau ingin mengatakan bahwa kau lebih bersedia untuk terluka?" Afgar kini menoleh menatapku tajam.

Aku yang ditatap begitu dekat, merasa salah tingkah. Terus aku pura-pura melihat ke arah lain.

"Itu lebih baik daripada berakhir seperti ini." Aku tidak peduli jika kata-kataku mengecewakan Afgar karena sejak awal aku tidak pernah berharap dia akan datang membantuku.

Sementara itu, Afgar hanya menggerutu lelah. Dia menggelengkan kepalanya melihat sikap keras kepala Kaffa, "Bagaimana keadaan kakimu? Apakah sudah lebih baik?"

"Yeah, setelah dikejar 3 anjing gila kemarin, kakiku langsung pulih."

Afgar yang hampir selesai meliliti leherku dengan perban, menghentikan tangannya. Dia melirikku sejenak sebelum kembali menyelesaikan jeratannya di leherku. Setelah selesai, dia mendekatiku.

𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang