36:Selangkah lebih depan

8 2 0
                                        

Budayakan VOTE dan
COMMENT!

.

.

AKU BUKAN DIA!

.

.Happy Reading~

.

Bom!

Kembang api kembali bergemuruh.

Aku yang sedang mencuci muka di sungai, mendongak ke langit. Ini sudah kesekian kalinya aku mendengar suara percikan api, dan aku menyimpulkan itu semacam pertanda bahwa ada tim yang kalah.

Aku bertanya-tanya dari mana kapten mendapatkan ide ini. Kami sudah seperti pemain di arena yang dibangun orang kaya. Dan apa dia bilang kemarin, ada kamera pengawasan? Aku tidak melihat tanda-tanda kamera di mana pun.

Terus bagaimana dia tahu tim mana yang kalah dan tim mana yang bertahan?

"Mau?" Kandra menyodorkan ubi jalar yang telah direbusnya sebelumnya kepada Kaffa. Aku tersentak tapi menerimanya.

"Terima kasih." Sebenarnya, aku sudah makan sebelumnya tapi aku tidak tega menolak pemberian Kandra. Nah, aku masih punya ruang di perutku.

"Aku melihatmu lebih banyak melamun, apa aku tidak menarik perhatianmu? Aku tahu sikapku mungkin mengganggumu, aku tidak terbiasa dengan orang baru." Kata Kandra tiba-tiba, selama mereka bersama, Kaffa lebih banyak menyendiri dan ia merasa dijauhi.

Aku sedikit tersentak, "Ha tidak! Jangan berpikir yang tidak-tidak, ini bukan karena itu! Percayalah!" Kandra tersenyum melihat reaksiku.

Lalu ia duduk di sampingku. "Kaffa... pernahkah kau jatuh cinta?"

Aku menoleh ke Kandra, tiada angin tiada ribut, kenapa tiba-tiba ia bertanya seperti itu? Sumpah, Kandra memang orang yang tak bisa kutebak. Tak hanya itu, sikapnya terkadang berubah-ubah.

Mirip seseorang yang kupikirkan.

Aku yang peka pun lalu bertanya balik, "Kenapa? Pernah mengalaminya?"

Dia tersenyum kecut dan menunduk. "Hanya sekali, itu sekitar setahun yang lalu. Aku tidak tahu apa salahku, aku melakukan apa pun untuknya. Apa yang dia inginkan selalu kulakukan, tidak ada yang lebih berharga selain dia saat itu."

Aku mendengarkannya.

"Apa aku kurang tampan, apa aku bukan tipe pria yang diinginkannya? Lalu kenapa dia menerimaku sejak awal? Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan hati wanita." Kata-kata itu membuatku menundukkan kepala.

"Tapi aku sudah terlanjur jatuh cinta...ketika dia bilang sudah punya seseorang yang disukainya, aku hanya bisa diam. Aku ingin marah, aku ingin memakinya karena tidak jujur padaku sejak awal. Tapi yang kulakukan hanyalah menangis. Aku bodoh, kan?"

Aku mengusap punggung Kandra, tak menyangka cinta pertamanya berakhir tragis. Kalau dia bertanya apa isi hati wanita itu, aku sendiri tak bisa menjawabnya.

"Jadi Kaffa, apa kau pernah menyukai seseorang juga?" Aku terdiam seolah kata-kataku tercekat di tenggorokan.

Saat ini aku Kaffa, bukan diriku lagi. Kalau pertanyaan itu ditujukan pada adikku, aku juga harus menjawab sebagai dirinya. Tidak mungkin aku jujur bilang aku sudah punya seseorang yang kucintai.

"Aku..." Sialan, apa Kaffa pernah jatuh cinta? Sebagai kakak perempuannya, aku belum pernah melihatnya berpacaran.

"Aku mencintai seseorang yang tak seharusnya kucintai."

𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang