Budayakan VOTE dan
COMMENT!
.
.
AKU BUKAN DIA!
.
.Happy Reading~
.
.
BRAKK!!
"AMPUN BANG JAGO!!"
Kaffa yang sedang asyik menonton pertandingan sepak bola di ruang tamu, terlonjak kaget saat mendengar suara gedoran dari arah pintu depan. Ia pun bangkit dari jatuhnya dan berdiri setelah melihat kehadiran sang kakak dari balik pintu.
"Oh kak, kau sudah kembali? Bagaimana liburanmu bersama mereka berdua? Apakah menyenangkan?"
Kaffa pasti terlalu teruja dengan kepulangan kakaknya sehingga ia tidak menyadari wajah Kalila yang menatapnya tajam. Aura disekelilingnya juga mulai mengelap dan Kaffa yang baru menyadarinya pun tertawa gugup.
"E-ehh kakak?Kau kenapa?" Tanyanya ketakutan. Seingatnya, ia tidak pernah berbuat salah pada kakaknya, tapi kenapa sekarang dia malah terlihat marah sekali?
"Kaffa...Saputra...INI SEMUA GARA-GARA KAU!!"
Aku melempar tasku ke samping dan berlari masuk untuk menangkap adikku. Kaffa yang terkejut, buru-buru bersembunyi dan menghindar setiap kali tubuhnya hampir berada dalam jangkauanku.
Aku sangat marah.
Kejadian yang terjadi pagi ini masih terngiang-ngiang di kepalaku. Bangun pagi disuguhi pemandangan Afgar yang memelukku dalam tidurnya membuat aku kesurupan. Aku terus keluar dan meminta Raka dan Dafael untuk segera mengemasi barang-barang mereka.
Persetan dengan Afgar dan teman-temannya. Kami bertiga langsung pulang dan selama perjalanan, kami bertiga tidak banyak bicara karena terlalu banyak masalah yang kami hadapi.
Kami tidak dapat menyita ponsel Rivan karena ia menyembunyikannya. Raka mencoba mencari ke seluruh ruangan, tetapi tidak dapat menemukannya. Karena tidak ingin membuang waktu sebelum Afgar menyadari aku tidak ada di sampingnya di tempat tidur, aku bersikeras untuk pulang.
Berharap dalam perjalanan pulang salah satu di antara kami akan menemukan jalan namun pada kenyataannya kami hanya terdiam selama perjalanan.
"Eh ehh ampun! Kakak kenapa sih?Baru pulang, sudah marah-marah tidak jelas. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun!"
Kaffa tidak terima dituduh tiba-tiba. Kini sofa menjadi penghalang antara mereka berdua.
"Tch, tidak, kau bilang? Ini semua berawal dari kau--dari permintaan bodohmu itu! Kalau saja dari awal aku tidak setuju membantumu, semua omong kosong ini tidak akan pernah terjadi!"
Aku melihat dahinya berkerut karena bingung. "Apa maksudmu? Apa yang terjadi saat kau menjadi aku?"
Aku mengalihkan pandangan.
"Aku minta bantuan dari kedua temanmu. Oke—aku tahu aku salah karena melibatkan mereka dalam rencana kita, tapi aku tidak bisa melakukan ini sendirian. Aku terpojok! Tanpa mereka, aku tidak mungkin bisa melawan Afgar dan kedua teman gilanya."
"Tunggu, temannya? Siapa?" Ia pun tak ingat bahwa Afgar punya teman di sekolah, karena pada dasarnya Afgar adalah sosok yang dingin dan pendiam.
Ya, begitulah yang ia dengar dari semua orang. Namun, yang ia lihat dari Afgar adalah bahwa pria itu tidak sepenuhnya tertutup. Ia selalu terbuka padanya dan akan melakukan apa saja untuk membuatnya luluh.
ANDA SEDANG MEMBACA
𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)
Humor1 CERITA, 5 ENDING *** "Itu dia! Kejar!" "Berhentilah mengejarku, brengsek!" Pada awalnya Kalila bermaksud menggantikan saudara kembarnya untuk menolak cinta seorang pria yang terobsesi dengan adik laki-lakinya, Kaffa. Kalila berpikir tidak akan ses...
