Budayakan VOTE dan
COMMENT!
.
.
AKU BUKAN DIA!
.
.Happy Reading~
.
Malam ini begitu sunyi. Keheningannya
menegangkan. Tidak ada tanda-tanda serangan dari para pemburu atau orang-orang Alex. Malam itu begitu sunyi sehingga mereka merasa seperti bisa mendengar detak jantung mereka sendiri.
Satu jam telah berlalu sejak mereka sepakat untuk menyelamatkan Sagara yang ditahan. Dipimpin oleh Rivan, Raka tidak lagi merasakan sakit di kakinya hingga ia kini bisa berjalan sendiri.
"Kau yakin ini jalannya?" Tanya Randy ragu-ragu.
Itu dikeranakan mereka telah lama melewati hutan ini, tetapi langsung tidak dapat menemukan keberadaan geng Nova. Di mana mereka bersembunyi, ia sendiri tidak tahu.
"Aku tidak yakin, malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya. Aku hanya mengikuti angin." Rivan mengendap-endap mencari suara apa pun.
"Kau meminta kami untuk bergabung dalam misi penyelamatanmu tetapi kau sendiri tidak tahu di mana mereka berada, apa kau bercanda?" Ini Raka yang kesal, ia menyilangkan lengan di dada.
Kalau bukan karena kakinya, ia pasti sudah mencari Kaffa sendiri. Namun karena kondisinya tidak memungkinkan, ia terpaksa menuruti Rivan.
"Padahal bisa saja kita berpencar. Kau dan Randy pergi menyelamatkan Sagara, Dafa dan aku juga mencari Kaffa." Tambahnya.
"Tidak! Kita tidak bisa berpencar! Kita tidak tahu apa mereka masih berkeliaran di sini atau tidak. Dengan Kaffa yang melarikan diri, aku yakin kita tidak berempat." Balas Randy.
"Lalu kenapa kita tidak mencari Kaffa dulu sebelum menyelamatkan teman-temanmu?" Dafael yang tidak tinggal diam, ikut angkat bicara.
Rivan yang mendengar itu berhenti membuka jalan. Ia berbalik dengan wajah serius, "Aku percaya pada Afgar. Dia pasti bisa menemukan Kaffa dan melindunginya."
Dafael terdiam, tetapi Raka tidak. Ia menggertakkan gigi, bersiap membuka mulut ketika tiba-tiba langit menjadi cerah. Mereka bertiga mendongak dan melihat banyak kembang api meledak di atas sana.
Raka sedang memandangi keindahan langit ketika ia merasakan sesuatu.
"Ikuti arah kembang api! Cepat, sebelum ia berhenti!" Mereka bertiga terkejut ketika Raka tiba-tiba dengan bersemangat menarik mereka ke arah ledakan.
"Hei, hei! Ada apa denganmu?!"
"Apa maksudmu ikut kembang api?" Rivan bertanya, sementara Dafael masih diam mencerna apa yang baru saja terjadi.
"Itu dia! Setiap kali seseorang dinyatakan kalah, kembang api akan ditembakkan tepat di atas lokasi kekalahan mereka." Raka menjelaskan, ia tidak asal bicara karena sejak memulai permainan ini ia sudah merasakan ada yang aneh.
Contohnya, kembang api.
Karena lokasi tendanya jauh dari yang lain, ia tidak pernah melihat kembang api secara langsung kecuali suaranya. Awalnya ia mengira itu hanya kembang api yang dilepaskan, tetapi suara itu selalu datang dari arah yang berbeda.
"Kau gila?! Kenapa kita harus ke sana? Kalau mereka kalah, pasti orang yang mengalahkan mereka juga akan ada di sana!" Jawab Randy, tidak setuju.
"Kita di puncak bukit, bodoh! Mana mungkin ada tenda selain tendaku bersama Kaffa di sekitar sini!" Raka mulai tersulut emosi, tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada mereka.
ANDA SEDANG MEMBACA
𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)
Humor1 CERITA, 5 ENDING *** "Itu dia! Kejar!" "Berhentilah mengejarku, brengsek!" Pada awalnya Kalila bermaksud menggantikan saudara kembarnya untuk menolak cinta seorang pria yang terobsesi dengan adik laki-lakinya, Kaffa. Kalila berpikir tidak akan ses...
