12:Singa yang mengamuk

13 3 0
                                        

Budayakan VOTE dan
COMMENT!

.

.

AKU BUKAN DIA!

.

.Happy Reading~

.

.

Klik!

Aku baru saja selesai membersihkan diri ketika melihat Raka yang sedang merenung di balkon kamarnya sendirian. Ia tampak seperti sedang memikirkan sesuatu. Karena kebingungan, aku langsung menghampirinya sambil menyeka rambutku yang basah dengan handuk.

"Yo, kau kenapa?Kau kan yang tadi heboh." Aku menegurnya sambil menatap Raka.

Ternyata ia tidak salah memilih Resort ini sebagai tempat menginap mereka karena selain dekat dengan pantai, mereka juga bisa melihat di bawah sana, beberapa orang sedang bermain air di pantai--mengingat tempat mereka memang agak tinggi.

"Oh Kaffa, kukira siapa tadi." Ia sedikit tersentak karena mengira temannya belum selesai mandi.

"Di rumah ini hanya ada kita bertiga. Kalau bukan aku, tentu saja Dafa. Oh, ngomong-ngomong, dia di mana? Aku belum melihatnya sejak tadi."

Raka mengangkat bahu, tidak tahu.

"Entahlah, setelah selesai makan, dia terus menghilang. Kurasa dia pergi berenang dan tenggelam di suatu tempat." Tawanya membuatku ikut tertawa.

"Aku lihat kau lagi melamun. Ada apa? Kau masih memikirkan mereka?" Kembali ke topik awal.

Raka menoleh ke arahku. "Uhm..entahlah, tapi entah kenapa aku tiba-tiba merasa tidak enak."

"Kau terlalu banyak berpikir. Malam ini kita akan bersenang-senang, kudengar ada kafe di seberang Resort dan ada banyak wanita cantik dan seksi di sana." Aku membujuk Raka untuk berhenti memikirkan Afgar dan kedua temannya.

Bukan berarti aku lupa kalau kami tidak bertiga di sini, tapi Afgar dan teman-temannya masih berkeliaran di tempat liburan kami. Hanya saja aku tidak mau terlalu memikirkannya.

Bagiku, selama mereka tidak menimbulkan masalah, aku tidak perlu ikut campur.

"Dih, bilang saja kau mau ke bar sebelah kafe dan main sama cewek-cewek cantik di sana, kan?" Raka menggodaku lagi, membuat mukaku memerah karena malu.

Lalu aku menyikutnya, "Kau! Kita masih di bawah umur. Kurasa kita bahkan belum sampai pintu masuk, kita sudah diusir."

Bar di sini dijaga sangat ketat. Berbeda sekali dengan bar yang biasa kami kunjungi karena bar di sana ditata seperti toko biasa di luar tetapi di dalam, atau lebih tepatnya di lantai paling atas, disediakan karaoke dan lain-lain. Dan yang lebih menarik adalah tidak ada yang menjaga di pintu masuk depan.

"Hahaha, jangan khawatir, kita punya ini."

Aku terpesona ketika Raka kembali mengeluarkan kartu emas, kartu yang bisa membuat kami meraih apa pun yang kami inginkan, termasuk memasuki tempat yang tidak seharusnya dimasuki oleh anak-anak seusia kami.

"Serius, Raka?! Kau serius mau masuk ke sana?" Tanyaku panik, karena setahuku, bar untuk orang dewasa itu seram.

"Aku cuma bercanda, aku tidak segila itu untuk masuk ke sana. Namaku akan dicoret dari daftar keluarga jika kakekku tahu." Raka bergidik membayangkan jika itu benar-benar terjadi.

Aku hanya menertawakan Raka.

BRAKK!

Suara sesuatu yang keras tiba-tiba mengejutkan kami berdua. Kami hampir berpelukan sebelum aku bergegas turun ke lantai bawah. Aku khawatir mungkin itu Dafael yang telah terjadi sesuatu padanya.

𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang