Budayakan VOTE dan
COMMENT!
.
.
AKU BUKAN DIA!
.
.Happy Reading~
.
2 hari menjelang kegiatan sekolah dimulai, suasana sekolah terlihat sangat sibuk. Bahkan guru-guru pun tampak tidak masuk kelas karena harus mengurus beberapa rapat dan diserahkan kepada osis untuk menjaga setiap kelas.
"Hei, kelas kita, guru tidak masuk juga, kan?" Dafael yang baru saja datang dari toilet menghampiri meja Kaffa dan menarik kursinya menghadap aku.
Aku mengangkat bahu. "Entahlah, aku lihat kelas sebelah juga sepertinya begitu. Kelas-kelas yang kosong banyak sekali jadi sekolah kita kekurangan osis untuk mengawasi semua kelas."
"Lalu kenapa kita disuruh pergi ke sekolah jika semua guru sedang rapat?"
Plak!
"Bodoh! Kehadiran di sekolah itu penting."
Seperti biasa, Raka muncul setelah kembali dari kelas seberang, tak lupa memukul kepala Dafael dengan buku yang dibawanya.
"Yeye ish, kau harusnya jadi osis, Raka. Aku lihat kau cocok jadi salah satu dari mereka, kau juga pintar, kebanggaan guru-guru. Aku yakin siswa-siswi kelas yang lain pasti takut padamu." Ucap Dafael sambil mengusap-usap kepalanya.
"Yeah gara-gara aku berteman dengan kalian berdua, reputasiku di sekolah juga jadi ikutan jelek." Jawabnya sambil memutar bola matanya malas.
"Hahaha, salahmu. Kenapa kau mau ikut-ikutan melanggar peraturan sekolah?" Kataku sambil tertawa bersama Dafael.
"Hei, hei, aturan dibuat untuk dilanggar, oke?" Raka tetaplah Raka, salah berbaur membuatnya juga tidak kalah buruk dari kedua temannya.
"Omong-omong, bagaimana pertemuanmu dengan Afgar tadi malam?" Tanyanya serius. Ia menarik kursi dari meja sebelah dan duduk di samping Kaffa.
Dafael tersentak, "Eh? Bukannya kau mengikuti mereka tadi malam?"
"Ish! Itu benar. Tapi sialan kau Kaffa, aku menunggumu di dekat lokasi yang kau bilang. Aku menunggu dan menunggu, aku tidak melihat kalian berdua. Ke mana kau tadi malam?" Kalau diingat kembali, dia masih kesal sampai hari ini.
"Eh, jadi kau benar-benar mengikuti kami? Maaf, aku lupa memberitahumu Afgar membatalkan janji sore itu. Kami pergi keluar malam itu dan hanya makan dan menonton film yang membosankan." Aku mengeluh sambil bersandar di kursi.
Malam setelah aku dan adikku pulang dari pertemuan masing-masing, kami bertukar cerita. Kaffa tak lupa menceritakan semua yang dilakukannya bersama Afgar.
Ia juga mengatakan bahwa ia tak banyak bicara dengan Afgar, jadi tak ada yang perlu ia jelaskan kepadaku tentang pembicaraan mereka.
"Sialan kau, gara-gara kau aku bertemu dengan si bajingan Rivan."
"Kau bertemu dengannya?" Tanya Dafael terkejut.
"Ya, dan yang lebih parah, dia membawaku ke tempat berkumpulnya geng motor. Jelas dong aku panik, itu baru pertama kalinya aku ke sana dan aku malah dihadap dengan musuhnya. Sialan, dia yang membawaku ke sana, aku jadi ikutan terlibat. Brengsek."
"Hahaha sial banget sih kau." Bukannya membantu, Dafael justru membuat Raka makin emosi.
"Akhir-akhir ini aku merasa kau sering sekali berpapasan dengannya, hari itu kau bilang dia tiba-tiba muncul saat kau ditabrak mobil dan sekarang entah itu ribut atau hujan dia selalu muncul di mana pun kau berada." Ucapku merasakan sesuatu yang aneh.
ANDA SEDANG MEMBACA
𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)
Humor1 CERITA, 5 ENDING *** "Itu dia! Kejar!" "Berhentilah mengejarku, brengsek!" Pada awalnya Kalila bermaksud menggantikan saudara kembarnya untuk menolak cinta seorang pria yang terobsesi dengan adik laki-lakinya, Kaffa. Kalila berpikir tidak akan ses...
