Budayakan VOTE dan
COMMENT!
.
.
AKU BUKAN DIA!
.
.Happy Reading~
.
.
Keadaannya masih sama.
Raka masih belum memulai aksinya. Bukan berarti dia pengecut, hanya saja dia merasa ada yang tidak beres. Yang memegang kartu emas itu bukan Rivan atau Randy, melainkan Afgar. Tahu apa yang ada di pikirannya?
Jebakan.
Memahami keadaan yang sedang dialaminya saat ini, Raka sadar bahwa meskipun dia mengeluarkan kartu berharganya, itu tidak akan membuatnya menang sepenuhnya. Sebab, Kaffa tidak bersama mereka.
Yang ia lawan sekarang hanyalah dua teman Afgar yang tolol dan tidak punya perintah mutlak, yang berarti tindakannya akan sia-sia karena ia tidak tahu apa yang terjadi pada Kaffa sekarang. Apakah Kaffa sudah ditangkap atau belum.
Jika sudah, lawannya akan makin sulit dikalahkan jika Afgar menyandera Kaffa. Ya ampun, kepala Raka rasanya mau meledak memikirkan semua masalah ini.
"Hei, malah cosplay jadi batu! Lakukan sesuatu." Emosi Dafael yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik temannya yang hanya berdiri diam dan tidak melakukan tindakan apa pun.
"Shh...hubungi Kaffa."
"Kenapa kau ingin menghubunginya? Kau kan sudah punya kartu berharga itu, kau bisa perintahkan orang-orang kakekmu untuk menghadapi mereka berdua." Balasnya berbisik satu sama lain.
"Aku tahu apa yang aku lakukan!Diam saja dan patuhi perintahku!" Raka berusaha sebisa mungkin untuk merendahkan suaranya, hati-hati saja kalau Rivan dan Randy mendengar percakapan mereka.
"Sayang sekali kartu itu tidak mempan padaku."
"Sialan! Demi Tuhan Dafa, coba dengarkan aku sekali ini saja! Aku punya rencana, kau hubungi Kaffa dan tanyakan di mana dia. Kalau dia tertangkap, kita harus kabur."
"Kenapa?" Loading Dafael dengan wajah yang minta diinjak.
'BUNUH TEMAN SENDIRI DOSA TIDAK YA!'
"Ggrrr! Biar aku saja!"
Mengabaikan Dafael yang masih belum mengerti rencananya, ia pun menghubungi Kaffa. Aksinya tentu saja terlihat oleh mereka berdua yang langsung maju untuk menghalangi Raka agar tidak meminta bantuan.
"JANGAN MENDEKAT!"
Langkah kaki Rivan dan Randy tiba-tiba terhenti. Di hadapan mereka, Raka menunjukkan kartu VIP miliknya. Bukan, bukan karena mereka menuruti perintah Raka, hanya saja jika kartu itu dinaikkan lebih tinggi lagi, usaha mereka akan sia-sia.
Untuk saat ini, lokasi mereka masih aman, tidak ada yang tahu. Tentu saja, niat Raka hanya untuk menakut-nakuti mereka berdua. Dia tidak ingin memanggil penjaga karena itu hanya akan membocorkan lokasinya kepada Afgar.
Pria itu mungkin tidak jauh dari sini.
Drrrttt...Drttt..
Afgar sedang mengemasi perlengkapan obat-obatannya ketika ponsel Kaffa bergetar di saku celananya. Beruntung ia telah mengubah ponselnya ke mode senyap sehingga saat panggilan masuk hanya ia yang menyadarinya.
Alih-alih mengangkat, aku diam saja. Aku tahu itu dari kedua temanku, entah itu Raka atau Dafael, karena di ponsel adikku, dia tidak punya banyak kontak sepertiku.
ANDA SEDANG MEMBACA
𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)
הומור1 CERITA, 5 ENDING *** "Itu dia! Kejar!" "Berhentilah mengejarku, brengsek!" Pada awalnya Kalila bermaksud menggantikan saudara kembarnya untuk menolak cinta seorang pria yang terobsesi dengan adik laki-lakinya, Kaffa. Kalila berpikir tidak akan ses...
