Budayakan VOTE dan
COMMENT!
.
.
AKU BUKAN DIA!
.
.Happy Reading~
.
.
"Apa mereka sudah pergi?"
Aku yang baru saja selesai mandi bertanya pada Raka yang sedang mengintip dari jendela. Mencari Afgar dan kedua temannya kalau-kalau mereka masih di sana atau sudah pulang.
Sekarang sudah jam 7 malam.
Setelah kami selesai mengolok-olok mereka bertiga, aku langsung menutup tirai agar tidak melihat wajah-wajah menyebalkan mereka lagi. Dan setelah itu kami menghabiskan banyak waktu bermain game di kamar Raka dan kami bertiga akhirnya tertidur.
"Sepertinya iya, aku tidak melihat tanda-tanda mencurigakan di sekitar luar rumah. Lagipula, ini sudah malam, mereka pasti sudah pulang." Raka menutup tirai dan menatap Kaffa yang berdiri di depan tangga.
"Lihat, kan? Baju itu pas banget di badanmu." Raka memujiku, dia juga sudah ganti baju dari seragam sekolahnya ke kaos biasa. Dari mereka berdua, dia yang pertama bangun.
Aku yang ditatap hanya tersenyum canggung sambil melihat pakaian Raka yang kukenakan. Agak kebesaran sih buatku tapi ini lebih baik daripada memperlihatkan lekuk tubuhku.
Kalau kalian pikir penyamaranku berjalan lancar saat mandi, kalian salah besar. Karena si lintah darat Dafael tidak mau membiarkanku mandi sendiri. Aku yang tidak mau identitas asliku terbongkar, terpaksa menahan Dafael agar dia tidak ikut mandi bersamaku.
Aku menggunakan berbagai cara agar dia tidak mengganggu acara mandiku, tetapi Dafael tetap keras kepala. Akhirnya aku mengusirnya dari kamar Raka dan menguncinya. Dafael mengumpat di luar pintu, tetapi aku tidak peduli.
Beberapa menit kemudian, aku keluar dengan pakaian lengkap. Sebenarnya butuh waktu yang lama karena aku harus mengeringkan rambut asliku terlebih dahulu sebelum memakai wig. Untungnya, wig yang kupakai sangat kuat dan tidak mudah lepas.
Dan aku juga harus melepaskan perban di leherku setelah memastikan tidak ada lagi memar.
"Apa kau sudah bilang ke kakakmu kalau kau mau menginap di sini? Aku tak mau dapat masalah." Aku mengikuti Raka yang sedang duduk di ruang tamu dan juga menjatuhkan diri di kursi yang berbeda.
"Ya, dia tidak keberatan selama aku tidak tinggal di sini."
Raka tertawa, "Kakakmu sangat lucu."
Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Sebenarnya, itu jawaban Kaffa sendiri. Aku mengiriminya pesan. Awalnya dia tidak mengizinkan karena takut penyamaranku terbongkar, tapi setelah berpikir dua kali, Raka pasti akan curiga lagi padaku.
Pada akhirnya, Kaffa setuju dan mengatakan agar aku harus berhati-hati karena kedua temannya suka bercanda dengan kasar. Takut jika mereka melakukan kesalahan dengan menyentuh bagian tubuhku yang lain.
Aku yang sudah diperingatkan, hanya menurut saja karena aku sadar bahwa Kaffa lebih mengenal kedua teman anehnya itu daripada aku.
"Hei Kaf, kau tak lapar? Aku lihat kau tak makan banyak di sekolah, pantas saja kau larinya lebih lambat dari kami berdua." Ucap Raka sambil memainkan remote untuk mencari siaran yang disukainya.
Aku memutar mataku. "Dasar, akulah yang menarik kalian kalau-kalau kau lupa."
Raka terkekeh.
"Jadi, apa yang ingin kau makan malam ini? Aku akan memesankan makanan untukmu." Dia meletakkan remote dan menoleh ke arah Kaffa yang sedang menatap TV.
ANDA SEDANG MEMBACA
𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)
فكاهة1 CERITA, 5 ENDING *** "Itu dia! Kejar!" "Berhentilah mengejarku, brengsek!" Pada awalnya Kalila bermaksud menggantikan saudara kembarnya untuk menolak cinta seorang pria yang terobsesi dengan adik laki-lakinya, Kaffa. Kalila berpikir tidak akan ses...
